Tanpa ada maksud utk merendahkan/menghina, saya ingin men-share ke-ilmuan yang aslinya (Yamantaka / Vajra Bhairava Tantra) daripada versi distorsi nya (Kalacakra).
Semata2 bertujuan agar kita bisa saling asah, asuh, asih MENGGALI kembali ke-elmu-an di Jawa yg asli dan membongkar semua mitos2 dan segala versi Distorsi.
Oke, saya mulai ya.
1. bahwa Kebatinan Kejawen tak lain adalah versi tidak komplitnya aliran Buddha Vajrayana yang dulu berkembang di Nusantara
2. Sejak jaman kehancuran Majapahit, para praktisi aliran Vajrayana di bhumi nusantara ……………….., sehingga semua prakteknya tidak lagi dilakukan di tempat terbuka yang kebanyakan candi2 pamujan banyak yang dihancurkan, melainkan prakteknya secara diam2 tengah malam supaya tidak kedengaran, jadi dilakukan di BATIN saja, makanya disebut kebatinan.
3. Aliran Vajrayana di tanah Nusantara dulunya sangat hebat sekali bahkan banyak dijumpai para praktisi dari Tibet datang ke Nusantara utk belajar dan dibawa ke negaranya, misalnya dari guru besar Dharmakitri-Atisha yang menjadi pendiri salah 1 aliran dan 4 aliran utama di tibet.
4. MITOS alias versi DISTORSI aji KALACAKRA.
Asal Mula pencarian
mantra ini dipercayai sebagai penolak sial, oleh para generasi setelah invasi budaya arab masuk dan menghancurkan majapahit.
Yakni dipercaya bahwa kala adalah pembawa sial. Apakah begitu dulunya?
Dalam aliran Vajrayana/Tantrayana, Kala adalah salah satu pelindung Dharma yang berkuasa atas WAKTU(Wheel of Time).
Ketika saya mencari lebih dalam ttg KALACAKRA, ternyata di tibet juga dikenal kata KALACAKRA, namun bukan sbg penolak sial, melainkan utk ber-kultivasi secara spiritual, dan merupakan salah satu Sadhana tingkat tinggi dalam aliran Tantra.
Isi dari mantranya memakai 10-seed syllable yang disebut sbg 10 Bijjakshara, maksudnya 10 aksara(Om Ah Hung: HOH HAM KSHAH MA LA VA RA YA HUM PHET ), Btw Sumbernya dari sini (http://kalachakranet.org/kalachakra_…_powerful.html)
Lho jadi kan berbeda banget dengan mantra kalacakra dijawa, yang silabel berjumlah 32, yakni
YAMARAJA……….JARAMAYA
YAMARANI………..NIRAMAYA
YASILAPA…………PALASIYA
YAMIRODA……….DAROMIYA
YAMIDOSA……….SADOMIYA
YADAYUDA………..DAYUDAYA
YASIYACA……….CAYASIYA
YASIHAMA……….MAHASIYA
Nah terus gimana ??
Pencarian 32 Seed Syllable Mantra(ber abjad 32)
Setelah mencari2 akhirnya ada nemu mantra yang mempunyai 32 aksara, yakni Mantra Yamantaka.
Begitu saya lihat langsung kaget, aliran darah ikut bergolak….KETEMU DAH….saya kenal beberapa KATA2 nya.
Nah sabar dulu ya….sebelum saya tuliskan Mantra aslinya, saya ingin berikan backgroundnya siapakah Si Yamantaka ini?
Yamantaka yang dikenal sebagai Vajra Bhairava
Secara legenda di tibet, di kenal dewa hindhu bernama Yama, yakni Dewa diantara para Yaksa2 di alam kematian. Konon Yama sewaktu di tibet sering mencabut nyawa org2 banyak karena kurang sesajen.
Akhirnya Buddha Manhjuri (utk umur panjang) mengambil bentuk ‘MURKA’ (Ngalih Rupa- Ngalih papan ganti aran) menjadi Yamantaka Sang Pelindung Dharma.
Yamantaka (Vajra Bhairava) adalah pelindung Dharma yang berkepala 9, berwajah hitam seperti sapi, bertanduk, 1 penciptaan 1 penghabisan. Punya 34 tangan yang memakai mudra Tarjani/Mudra. 34+pikiran+tubuh+perkataan disebut 37 Bantuan pencerahan. Serta punya 16 kaki yg artinya 16 tingkat kekosongan.
Yamantaka adalah bentuk murkanya Bodisatva Manhjuri. Utk mengalahkan Yama, Mahnjuri mengambil bentuk seperti Yama hanya lebih sempurna dan ampuh serta tak terbatas.
Jadi jangan salah tafsir, yamantaka tidak sama dengan yama.
Yamantaka, alias Vajra Bhairava adalah musuh penghancur Yama.
Sadhana Yamantaka Tantra (Patrap Yamantaka[mengalahkan Yama/kematian] aliran Tantra)
Tujuan sadhana ini utk berumur panjang mengalahkan hidup dan mati.
Setelah mencari mantra2 ber bulan2 akhirnya sebuah kita kuno dari aliran Gelug-pa di tibet. Kitab ini judulnya “Sarvatathagatakayavakcitta-Krsnayamaritantra).
Sampai sekarang, sadhana ini masih terus di pakai baik di tibet maupun di nepal.
nah begini MANTRA ASLINYA:
1.Om Ah Hung
2.YA MA RA JA
3.SA DO ME YA
4.YA ME DO RU
5.Ya YO DA YA
6.YA DA YO NI
7.RA YA KSHI YA (Ya Kshi Ya sebetulnya dibaca Yaksi’a, artinya para Yaksa2)
8.YAk SHI YA CA
9.NI RA MA YA
10.Hum Hum Phat Phat Svaha
Setelah bongkar2 dan cari2 kamus sansekerta, ada beberapa kata yg berhasil dicari artinya;
Yama raja= Dewa Yama
Sadomaya=Sado(Pasukan) +Ameya(Yg tak terbatas dan tak terkalahkan)
Yamedoru=Yama[e](Yamantaka)+Dor[u](Punya tangan banyak)
Dayodaya=Dayo(Pengampunan)+Udaya(Perbuatan/produksi)
Yadayoni Ra Yak Shi Ya= Yada(??belum nemu)+Ayo-NiRaYak-Shi’Ya(Karena kamu mampu menghancurkan Neraka Besi
Niramaya=Nir+Amaya(Aku berkeinginan memujamu, wahai penghancur penyakit[kematian])
Jadi ini sebetulnya adalah mantra pemujaan memohon perlindungan pada Bodhisattva Yamantaka utk menghancurkan YAMA.
Sayang sekali versi distorsinya tidak tau lagi tujuan, arti dan makna mantra ini, sehingga di gatuk2 no sehingga bunyinya enak, terus diarti arti kan sendiri menjadi
YAMARAJA……….JARAMAYA
siapa yang menyerang,berbalik menjadi berbelas kasihan
YAMARANI………..NIRAMAYA
siapa datang bermaksud buruk, malah akan menjahui
YASILAPA…………PALASIYA
siapa membuat lapar akan malah memberi makan
YAMIRODA……….DAROMIYA
siapa memaksa malah menjadi memberi keleluasaan/kebebasan
YAMIDOSA……….SADOMIYA
siapa membuat dosa, berbalik membuat jasa
YADAYUDA………..DAYUDAYA
siapa memerangi berbalik menjadi damai
YASIYACA……….CAYASIYA
siapa membuat celaka berbalik menjadi membuat sehat dan sejahtera
YASIHAMA……….MAHASIYA
siapa membuat rusak berbalik menjadi membangun dan sayang.
Yang lucu adalah Yamidosa….kebalikan dari Sadomaya, padahal Sadomaya artinya gak ada hubungannya sama pembuat dosa/jasa.
Sadomaya adalah perwujudan Yamantaka.
Sayang semenjak para pengikut Vajrayana ‘dipaksa’ pindah agama arab, ilmu ini kena distorsi dan dikorupsi menjadi ‘kalacakra’.
Barangkali sepenggal mantra tidak komplit yang tersiksa sudah terlupakan judul dan tujuan asalnya, yang mungkin cuma diingat adalah utk umur panjang yang kemudian di identifikasikan dengan penolak sial yang kebetulan ‘kolo’ dalam bahasa jawa ngoko berarti sial, namun bukanlah seperti ‘Kala’ di versi Tantra Aslinya.
Para sedulurku penghayat kejawen, saya minta maaf jika ada kata2 yg menyinggung. Saya harap anda berada dalam kategori ke tiga. Sehingga Ilmu kejawen kuno bisa digali lagi dan dikembalikan ke bentuk aslinya.
3 gol.
1. Fanatik-Konserfatif: Tidak mau tau asalnya seperti apa, dan memegang teguh ’sisa2′ ajaran kejawen kuno dari vajrayana(bahkan tidak mengakui) yang jelas jelas notabene sudah ter ‘distorsi’ sesuai budaya kita yang ‘korupsi’……(hehehe terlalu banyak pake kata SI )
2. Progresif; peduli dan mau mencari jejak2 serta menggali budaya ilmu sendiri dan berpikir open minded.
3. Abangan; Mriki Jowo tapi ora jowo, artine ora beneh alias jaman edan, wis dicampur Sak enak udele karo setan arab.t
sumber: https://ahmadsamantho.wordpress.com/2012/07/04/kalacakra-buddha-vajrayana-dan-kebatinan-jawa/