Sabtu, 17 Juli 2021

Edit

Kalacakra Buddha Vajrayana dan kebatinan Jawa

 


Tanpa ada maksud utk merendahkan/menghina, saya ingin men-share ke-ilmuan yang aslinya (Yamantaka / Vajra Bhairava Tantra) daripada versi distorsi nya (Kalacakra).

Semata2 bertujuan agar kita bisa saling asah, asuh, asih MENGGALI kembali ke-elmu-an di Jawa yg asli dan membongkar semua mitos2 dan segala versi Distorsi.

Oke, saya mulai ya.

1. bahwa Kebatinan Kejawen tak lain adalah versi tidak komplitnya aliran Buddha Vajrayana yang dulu berkembang di Nusantara

2. Sejak jaman kehancuran Majapahit, para praktisi aliran Vajrayana di bhumi nusantara ……………….., sehingga semua prakteknya tidak lagi dilakukan di tempat terbuka yang kebanyakan candi2 pamujan banyak yang dihancurkan, melainkan prakteknya secara diam2 tengah malam supaya tidak kedengaran, jadi dilakukan di BATIN saja, makanya disebut kebatinan.

3. Aliran Vajrayana di tanah Nusantara dulunya sangat hebat sekali bahkan banyak dijumpai para praktisi dari Tibet datang ke Nusantara utk belajar dan dibawa ke negaranya, misalnya dari guru besar Dharmakitri-Atisha yang menjadi pendiri salah 1 aliran dan 4 aliran utama di tibet.

4. MITOS alias versi DISTORSI aji KALACAKRA.


Asal Mula pencarian

mantra ini dipercayai sebagai penolak sial, oleh para generasi setelah invasi budaya arab masuk dan menghancurkan majapahit.

Yakni dipercaya bahwa kala adalah pembawa sial. Apakah begitu dulunya?

Dalam aliran Vajrayana/Tantrayana, Kala adalah salah satu pelindung Dharma yang berkuasa atas WAKTU(Wheel of Time).

Ketika saya mencari lebih dalam ttg KALACAKRA, ternyata di tibet juga dikenal kata KALACAKRA, namun bukan sbg penolak sial, melainkan utk ber-kultivasi secara spiritual, dan merupakan salah satu Sadhana tingkat tinggi dalam aliran Tantra.

Isi dari mantranya memakai 10-seed syllable yang disebut sbg 10 Bijjakshara, maksudnya 10 aksara(Om Ah Hung: HOH HAM KSHAH MA LA VA RA YA HUM PHET ), Btw Sumbernya dari sini (http://kalachakranet.org/kalachakra_…_powerful.html)


Lho jadi kan berbeda banget dengan mantra kalacakra dijawa, yang silabel berjumlah 32, yakni

YAMARAJA……….JARAMAYA

YAMARANI………..NIRAMAYA

YASILAPA…………PALASIYA

YAMIRODA……….DAROMIYA

YAMIDOSA……….SADOMIYA

YADAYUDA………..DAYUDAYA

YASIYACA……….CAYASIYA

YASIHAMA……….MAHASIYA


Nah terus gimana ??

Pencarian 32 Seed Syllable Mantra(ber abjad 32)

Setelah mencari2 akhirnya ada nemu mantra yang mempunyai 32 aksara, yakni Mantra Yamantaka.

Begitu saya lihat langsung kaget, aliran darah ikut bergolak….KETEMU DAH….saya kenal beberapa KATA2 nya.

Nah sabar dulu ya….sebelum saya tuliskan Mantra aslinya, saya ingin berikan backgroundnya siapakah Si Yamantaka ini?

Yamantaka yang dikenal sebagai Vajra Bhairava

Secara legenda di tibet, di kenal dewa hindhu bernama Yama, yakni Dewa diantara para Yaksa2 di alam kematian. Konon Yama sewaktu di tibet sering mencabut nyawa org2 banyak karena kurang sesajen.

Akhirnya Buddha Manhjuri (utk umur panjang) mengambil bentuk ‘MURKA’ (Ngalih Rupa- Ngalih papan ganti aran) menjadi Yamantaka Sang Pelindung Dharma.

Yamantaka (Vajra Bhairava) adalah pelindung Dharma yang berkepala 9, berwajah hitam seperti sapi, bertanduk, 1 penciptaan 1 penghabisan. Punya 34 tangan yang memakai mudra Tarjani/Mudra. 34+pikiran+tubuh+perkataan disebut 37 Bantuan pencerahan. Serta punya 16 kaki yg artinya 16 tingkat kekosongan.

Yamantaka adalah bentuk murkanya Bodisatva Manhjuri. Utk mengalahkan Yama, Mahnjuri mengambil bentuk seperti Yama hanya lebih sempurna dan ampuh serta tak terbatas.

Jadi jangan salah tafsir, yamantaka tidak sama dengan yama.

Yamantaka, alias Vajra Bhairava adalah musuh penghancur Yama.

Sadhana Yamantaka Tantra (Patrap Yamantaka[mengalahkan Yama/kematian] aliran Tantra)

Tujuan sadhana ini utk berumur panjang mengalahkan hidup dan mati.

Setelah mencari mantra2 ber bulan2 akhirnya sebuah kita kuno dari aliran Gelug-pa di tibet. Kitab ini judulnya “Sarvatathagatakayavakcitta-Krsnayamaritantra).

Sampai sekarang, sadhana ini masih terus di pakai baik di tibet maupun di nepal.

nah begini MANTRA ASLINYA:

1.Om Ah Hung

2.YA MA RA JA

3.SA DO ME YA

4.YA ME DO RU

5.Ya YO DA YA

6.YA DA YO NI

7.RA YA KSHI YA (Ya Kshi Ya sebetulnya dibaca Yaksi’a, artinya para Yaksa2)

8.YAk SHI YA CA

9.NI RA MA YA

10.Hum Hum Phat Phat Svaha


Setelah bongkar2 dan cari2 kamus sansekerta, ada beberapa kata yg berhasil dicari artinya;

Yama raja= Dewa Yama

Sadomaya=Sado(Pasukan) +Ameya(Yg tak terbatas dan tak terkalahkan)

Yamedoru=Yama[e](Yamantaka)+Dor[u](Punya tangan banyak)

Dayodaya=Dayo(Pengampunan)+Udaya(Perbuatan/produksi)

Yadayoni Ra Yak Shi Ya= Yada(??belum nemu)+Ayo-NiRaYak-Shi’Ya(Karena kamu mampu menghancurkan Neraka Besi

Niramaya=Nir+Amaya(Aku berkeinginan memujamu, wahai penghancur penyakit[kematian])

Jadi ini sebetulnya adalah mantra pemujaan memohon perlindungan pada Bodhisattva Yamantaka utk menghancurkan YAMA.

Sayang sekali versi distorsinya tidak tau lagi tujuan, arti dan makna mantra ini, sehingga di gatuk2 no sehingga bunyinya enak, terus diarti arti kan sendiri menjadi

YAMARAJA……….JARAMAYA

siapa yang menyerang,berbalik menjadi berbelas kasihan

YAMARANI………..NIRAMAYA

siapa datang bermaksud buruk, malah akan menjahui

YASILAPA…………PALASIYA

siapa membuat lapar akan malah memberi makan

YAMIRODA……….DAROMIYA

siapa memaksa malah menjadi memberi keleluasaan/kebebasan

YAMIDOSA……….SADOMIYA

siapa membuat dosa, berbalik membuat jasa

YADAYUDA………..DAYUDAYA

siapa memerangi berbalik menjadi damai

YASIYACA……….CAYASIYA

siapa membuat celaka berbalik menjadi membuat sehat dan sejahtera

YASIHAMA……….MAHASIYA

siapa membuat rusak berbalik menjadi membangun dan sayang.


Yang lucu adalah Yamidosa….kebalikan dari Sadomaya, padahal Sadomaya artinya gak ada hubungannya sama pembuat dosa/jasa.

Sadomaya adalah perwujudan Yamantaka.

Sayang semenjak para pengikut Vajrayana ‘dipaksa’ pindah agama arab, ilmu ini kena distorsi dan dikorupsi menjadi ‘kalacakra’.

Barangkali sepenggal mantra tidak komplit yang tersiksa sudah terlupakan judul dan tujuan asalnya, yang mungkin cuma diingat adalah utk umur panjang yang kemudian di identifikasikan dengan penolak sial yang kebetulan ‘kolo’ dalam bahasa jawa ngoko berarti sial, namun bukanlah seperti ‘Kala’ di versi Tantra Aslinya.

Para sedulurku penghayat kejawen, saya minta maaf jika ada kata2 yg menyinggung. Saya harap anda berada dalam kategori ke tiga. Sehingga Ilmu kejawen kuno bisa digali lagi dan dikembalikan ke bentuk aslinya.

3 gol.

1. Fanatik-Konserfatif: Tidak mau tau asalnya seperti apa, dan memegang teguh ’sisa2′ ajaran kejawen kuno dari vajrayana(bahkan tidak mengakui) yang jelas jelas notabene sudah ter ‘distorsi’ sesuai budaya kita yang ‘korupsi’……(hehehe terlalu banyak pake kata SI )

2. Progresif; peduli dan mau mencari jejak2 serta menggali budaya ilmu sendiri dan berpikir open minded.

3. Abangan; Mriki Jowo tapi ora jowo, artine ora beneh alias jaman edan, wis dicampur Sak enak udele karo setan arab.t


sumber: https://ahmadsamantho.wordpress.com/2012/07/04/kalacakra-buddha-vajrayana-dan-kebatinan-jawa/

Edit

Mengungkap Makna Kehidupan di Balik Huruf Jawa


Maaf bagi yang tidak mengetahui huruf Jawa tidak usah paranoid dulu ya karena inti tulisan ini bukan huruf Jawa itu sendiri, tetapi lebih ke masalah makna kehidupan. Anda tidak begitu membutuhkan kemampuan dan/atau pengetahuan tentang huruf Jawa kok, yang penting membacanya pelan dan jangan terpaku pada huruf Jawa-nya. Fokuslah pada penjelasannya.

(Informasi ini saya tambahkan untuk mengajak teman-teman yang tidak tahu huruf Jawa untuk tidak takut membaca )

Setelah mengetahui sedikit tentang sejarah huruf Jawa maka mari kita sedikit mengupas beberapa makna filosofis dari huruf Jawa tersebut. Ada begitu banyak makna secara filosofis dari huruf Jawa tersebut dan makna filososfis tsb bersifat cukup general alias tidak hanya untuk orang Jawa saja lho. Ada beberapa versi makna huruf Jawa tersebut, beberapa di antaranya adalah yang dikatakan Pakdhé Wikipedia di sini dan di sana, berhubung Pakdhé Wikipedia sudah bercerita dengan cukup jelas maka saya tidak akan menulis ulang pitutur Pakdhé tersebut.

Sekarang saya akan sedikit mengupas “tafsir” versi lain dari huruf Jawa tersebut. Ki Hadjar Dewantara tidak hanya mencetuskan konsep petuah tentang kepemimpinan yang sangat terkenal, beliau juga berhasil memberi penafsiran mengenai ajaran budi pekerti serta filosofi kehidupan yang sangat tinggi dan luhur yang terkandung dalam huruf Jawa .

Adapun makna yang dimaksud adalah sebagai berikut:

(1) HA NA CA RA KA:

Ha: Hurip = hidup

Na: Legeno = telanjang

Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas

Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani

Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.


 (2) DA TA SA WA LA

DA TA SA WA LA (versi pertama):

Da: Dodo = dada

Ta: Toto = atur

Sa: Saka = tiang penyangga

Wa: Weruh = melihat

La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.


DA TA SA WA LA (versi kedua):

Da-Ta (digabung): dzat = dzat

Sa: Satunggal = satu, Esa

Wa: Wigati = baik

La: Ala = buruk


(3) PA DHA JA YA NYA:

PA DHA JA YA NYA =Sama kuatnya (tidak diartikan per huruf).



(4) MA GA BA THA NGA :

Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa

Ga: Raga = badan, jasmani

Ba-Tha: bathang = mayat

Nga: Lungo = pergi


 Tetapi selanjutnya dengan sedikit ngawur saya pribadi akan berusaha menyelami dan menjabarkan tafsir huruf Jawa versi Ki Hadjar tersebut sesuai dengan kemampuan saya. Kalau banyak kesalahan ya mohon dimaklumi karena saya bukanlah seorang filusuf, saya hanya ingin mengenal lebih jauh huruf Jawa (walaupun secara ngawur dengan cara sendiri).


(1) HA NA CA RA KA:

Ha: Hurip = hidup

Na: Legeno = telanjang

Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas

Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani

Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.


Dari arti secara harfiah tsb, saya berusaha menjabarkannya menjadi dua versi:

**) Ketelanjangan=kejujuran

Bukankah secara fisik manusia lahir dalam keadaan telanjang? Tapi sebenarnya ketelanjangan itu tidak hanya sekedar fisik saja. Bayi yang baru lahir juga memiliki jiwa yang “telanjang”, masih suci…polos lepas dari segala dosa. Seorang bayi juga “telanjang” karena dia masih jujur…lepas dari perbuatan bohong (kecuali bayi aneh 😀 ). Sedangkan  CA-RA-KA mempunyai makna cipta-rasa-karya . Sehingga HA NA CA RA KA akan memiliki makna dalam mewujudkan dan mengembangkan cipta, rasa dan karya kita harus tetap menjunjung tinggi kejujuran. Marilah kita “telanjang” dalam bercipta, berrasa dan berkarya.


**)) Pengembangan potensi

Jadi HA NA CA RA KA bisa ditafsirkan bahwa manusia “dihidupkan” atau dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan “telanjang”. Telanjang di sini dalam artian tidak mempunyai apa-apa selain potensi. Oleh karena itulah manusia harus dapat mengembangkan potensi bawaan tersebut dengan cipta-rasa-karsa. Cipta-rasa-karsa merupakan suatu konsep segitiga (segitiga merupakan bentuk paling kuat dan seimbang) antara otak yang mengkreasi cipta, hati/kalbu yang melakukan fungsi kontrol atau pengawasan dan filter (dalam bentuk rasa) atas segala ide-pemikiran dan kreatifitas yang dicetuskan otak, serta terakhir adalah raga/tubuh/badan yang bertindak sebagai pelaksana semua kreatifitas tersebut (setelah dinyatakan lulus sensor oleh rasa sebagai badan sensor manusia).

Secara ideal memang semua perbuatan (karya) yang dilakukan oleh manusia tidak hanya semata hasil kerja otak tetapi juga “kelayakannya” sudah diuji oleh rasa. Rasa idealnya hanya meloloskan ide-kreatifitas yang sesuai dengan norma. Norma di sini memiliki arti yang cukup luas, yaitu meliputi norma internal (perasaan manusia itu sendiri atau istilah kerennya kata hati atau suara hati) atau bisa juga merupakan norma eksternal (dari Tuhan yang berupa agama dan aturannya atau juga norma dari masyarakat yang berupa aturan hukum dll).

(2) DA TA SA WA LA: (versi pertama)

Da: Dodo = dada

Ta: Toto = atur

Sa: Saka = tiang penyangga

Wa: Weruh = melihat

La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.


DA TA SA WA LA berarti dadane ditoto men iso ngadeg jejeg (koyo soko) lan iso weruh (mangerteni) lakuning urip. Dengarkanlah suara hati (nurani) yang ada di dalam dada, agar kamu bisa berdiri tegak seperti halnya tiang penyangga dan kamu juga akan mengerti makna kehidupan yang sebenarnya.

Kata “atur” bisa berarti manage dan juga evaluate sedangkan dada sebenarnya melambangkan hati (yang terkandung di dalam dada). Jadi dadanya diatur mengandung arti bahwa kita harus senantiasa me-manage (menjaga-mengatur) hati kita untuk melakukan suatu langkah evaluatif dalam menjalani kehidupan supaya kita dapat senantiasa berdiri tegak dan tegar dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kita harus senantiasa memiliki motivasi dan optimisme dalam berusaha tanpa melupakan kodrat kita sebagai makhluk Alloh yang dalam konsep Islam dikenal dengan ikhtiar-tawakal, ikhtiar adalah berusaha semaksimal mungkin sedangkan tawakal adalah memasrahkan segala hasil usaha tersebut kepada Alloh.


DA TA SA WA LA: (versi kedua)

Da-Ta (digabung): dzat = dzat

Sa: Satunggal = satu, Esa

Wa: Wigati = baik

La: Ala = buruk


DA TA SA WA LA bisa ditafsirkan bahwa hanya Dzat Yang Esa-lah (yaitu Tuhan) yang benar-benar mengerti akan baik dan buruk. Secara kasar dan ngawur saya mencoba menganggap bahwa kata “baik” di sini ekuivalen dengan kata “benar” sedangkan kata “buruk” ekuivalen dengan “salah”. Jadi alangkah baiknya kalau kita tidak dengan semena-mena menyalahkan orang (kelompok) lain dan menganggap bahwa kita (kelompok kita) sebagai pihak yang paling benar.


(3) PA DHA JA YA NYA:

PA DHA JA YA NYA = sama kuat

Pada dasarnya/awalnya semua manusia mempunyai dua potensi yang sama (kuat), yaitu potensi untuk melakukan kebaikan dan potensi untuk melakukan keburukan. Mungkin memang benar ungkapan bahwa manusia itu bisa menjadi sebaik malaikat tetapi bisa juga buruk seperti setan dan juga binatang. Mengingat adanya dua potensi yang sama kuat tersebut maka selanjutnya tugas manusialah untuk memilih potensi mana yang akan dikembangkan. Sangat manusiawi dan lumrah jika manusia melakukan kesalahan, tetapi apakah dia akan terus memelihara dan mengembangkan kesalahannya tersebut? Potensi keburukan dalam diri manusia adalah hawa nafsu, sehingga tidak salah ketika Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa musuh terbesar kita adalah hawa nafsu yang bersemayam dalam diri kita masing-masing.


(4) MA GA BA THA NGA:

Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa

Ga: Raga = badan, jasmani

Ba-Tha: bathang = mayat

Nga: Lungo = pergi


Secara singkat MA GA BA THA NGA saya artikan bahwa pada akhirnya manusia akan menjadi mayat ketika sukma atau ruh kita meninggalkan raga/jasmani kita. Sesungguhnya kita tidak akan hidup selamanya dan pada akhirnya akan kembali juga kepada Alloh. Oleh karena itu kita harus senantiasa mempersiapkan bekal untuk menghadap Alloh.


Demikian cerita ngawur saya tentang makna huruf Jawa, jika ada kesalahan dan ketidaktepatan mohon dimaklumi karena saya bukan filusuf dan kebetulan saat ini kepala sedang dipenuhi berbagai macam tugas.

 

*Sekedar alasan atas ketidakmampuan diri hehehe *

Semua hal yang saya diceritakan di atas merupakan keadaan yang ideal dan seharusnya, tetapi jika kenyatannya berkata lain maka itulah ANOMALI DALAM KEHIDUPAN.


Sumber: https://deking.wordpress.com/2007/04/05/makna-kehidupan-di-balik-huruf-jawa/

Edit

Masa Keemasan Iblis (Misterius Iblisius)


Catatan "Masa Keemasan Iblis (Misterius Iblisius)" ini saya sertakan di awal buku "IBLIS HARUS SUJUD KEPADAMU, sebagai Kata Pengantar.

Penerbit Studia Press

ISBN: 9793760575

Sebuah pertanyaan ketika masih remaja, "Siapa sebenarnya iblis itu? Siapa pula setan, jin dan malaikat? Bagaimana proporsi sebenarnya antara manusia, jin, setan, iblis, dan malaikat? Yang diperintahkan bersujud kepada Adam adalah para malaikat, lalu mengapa iblis dihukum karena tidak patuh? Kalau memang iblis juga termasuk yang diperintah, berarti iblis dulunya adalah malaikat!? Pada awalnya Tuhan memang telah menentukan bahwa Makhluk baru bernama Adam akan menjadi khalifah di bumi, maka bukankah terusirnya Adam dari sorga sudah menjadi skenarioNya? Mengapa diperintah berlindung dari Setan, dan bukan dari iblis?"

Dengan berbagai pertanyaan itu, sosok iblis menjadi incaran saya sejak remaja. Namun yang saya dapatkan dari buku hanya sekilas-sekilas dan dogma-dogma tentang tipudaya setan. Maka pencarian terus berlanjut, dan tertuju kepada khasanah kitab-kitab Islam klasik dan situs-situs di internet.

Betapa bahagianya ketika saya bertemu seorang kenalan di Jakarta Selatan yang menunjukkan dan meminjami saya software 2000 Kitab Kuning dari Al-Maktabatusy Syamilah, yang keberadaannya sudah saya ketahui beberapa tahun sebelumnya namun baru berhasil memilikinya. Semoga ridho Allah menaungi perjalanan hidupnya, apalagi sekarang sedang di negeri orang, Madinah Al-Munawwarah.

Keterangan tentang figur Iblis atau Azazil ini banyak disampaikan oleh Ibnu Abbas RA, yang dikutip oleh beberapa penafsir Al-Qur‘an. Lebih mudahnya dapat dicari pada software tersebut, cukup mencari dengan kata kunci 'azâzîl (عَزازِيلُ) maka akan merujuk kepada kitab-kitab yang tersedia.


Beberapa kitab-kitab berikut terdapat penjelasan di dalamnya tentang sosok ‘Azazil:

• Tafsîr Al-Qurthubiy 1:294-295,

• Tafsîr Ath-Thabariy, 1:502-503, 18:39,

• Tafsîr Al-Baghâwiy, 1:81,

• Tafsîr Ibnu Abî Hâtim, 1:93, 5:477,

• Tafsîr Al-Bahr Al-Muhîth, 1:191,

• Tafsîr Al-Khâzin 1:29,

• Tafsîr Al-Lubâb li Ibn ‘Âdil, 1:40,

• Tafsîr Ats-Tsa’alabiy, 1:21,

• Tafsîr Haqqiy, 1:108, 7:380, 12:209,

• Tafsîr Al-Alûsiy 1:272,

• Bahr Al-’Ulûm li As-Samarqandiy, 1:35,40,

• Al-Lubâb fî ‘Ulûm Al-Kitâb 1:229,232,

• Fathul Qadîr li Asy-Syaukaniy 1:73,

• Al-Itqân fî ‘Ulûm Al-Qur’ân 4:82-83,

• Syu’ab Al-Îmân li Al-Baihaqiy 1:158,

• Fath Al-Bâriy 6:339,

• Al-Bidâyah wa An-Nihâyah 1:59,62,80,

• Atau pada kamus dan kitab-kitab Mu’jam seperti Ash-Shahâh fî al-Lughah, Lisân al-‘Arab dan Tâj al-‘Arûs pada bab akar kata “Bâ-Lâm-Sîn”.


Kisah berikut adalah resume dari beberapa pencarian tentang sosok iblis dari kitab-kitab tersebut dan dari berbagai sumber lainnya.


PRA PENCIPTAAN ADAM

Sebelum Adam ada, langit dan bumi telah diciptakan jauh sebelumnya. Dari berbagai perbedaan pendapat, paling lama awal kehidupan Adam adalah 6000 tahun sebelum masehi, itu artinya Adam diciptakan 6000 ditambah tahun masehi waktu kita membaca buku ini. Misalnya, sekarang tahun 2008, berarti kira-kira Adam diciptakan 8008 tahun yang lalu. Sedangkan bumi telah ada jutaan tahun sebelum Adam diciptakan.

Sebelum Adam diciptakan, bumi telah dihuni oleh salah satu kabilah Al-Jinn, yaitu salah satu kabilah malaikat yang paling mulia. Dari Wahab ibn Munabbih: Tuhan semesta alam menciptakan api Samûm. Dari api Sammum ini Dia menciptakan Jinn. Samum adalah angin yang sangat panas membakar, atau api yang tidak ada asapnya. Ketika Tuhan menghendaki sesuatu maka terbakarlah satu hijab, dari api yang membakar hijab inilah kabilah jin diciptakan.

Dinamakan Kabilah Al-Jinn karena kabilah ini menjadi khazanah perbendaharaan surga (Khuzzan al-Jannah), untuk itulah disebut Al-Jannah (taman atau surga). Kata “jinn” dan “jannah” memiliki akar kata yang sama. Dan miniatur surga yang paling memenuhi syarat dari kesekian planet di jagad raya adalah bumi. Maka Tuhan memberi mereka bumi untuk tinggal di tempat itu, dan mereka hidup dan beribadah di sana dalam waktu yang lama.

Tersebutlah ia bernama Jann, nenek moyang bangsa jin yang menghuni bumi. Banyaknya ibadah yang ia kerjakan membuat para malaikat merasa kagum, dan berkata kepada Tuhan langit dan bumi, “Wahai Tuhan kami, angkatlah mereka ke langit, sehingga kami mungkin belajar dari mereka dan mengikuti contoh baik mereka”.

Maka Tuhan mengangkat dan mendidik Jann agar men-jadi salah satu diantara para malaikat dan ia hidup dengan mereka di langit pertama, kemudian Jann disebut dengan nama kemalaikatannya yang baru, yaitu Azazil. Sementara kaum jin yang lain —yang masih tinggal di atas bumi— sebagian hidup dalam kebenaran, sedangkan sebagian yang lain menjadi pendosa dan melanggar hukum.

Bumi mulai mengeluhkan mereka kepada Tuhan, “Wahai Tuhanku, apakah Kau ciptakan aku untuk didiami oleh penghuni yang durhaka?”

Tuhan menjawab, “Wahai bumi, bersabarlah, Aku akan mengirimkan para nabi diantara mereka untuk memimpin mereka kembali ke jalan yang lurus”.

Sampai waktu itu tidak ada nabi yang nampak diantara Jinn itu. Lalu Tuhan mengirim kepada mereka 800 nabi dan masing-masing mereka bunuh. Pada akhirnya Tuhan berkata kepada Azazil di langit pertama. Tuhan berkata kepadanya, “Pergilah, Azazil! Pergi dan perangilah mereka yang tak beriman dari kaummu yang tinggal di atas bumi”.

Azazil patuh, turun ke bumi dan memerangi kaum (jinn) yang tak beriman itu, ia menaklukkan mereka, kemudian Tuhan menurunkan api dari langit yang melahap habis mereka, yang tersisa dan dapat menyelamatkan diri ke tengah-tengah samudera. Hanya Jinn yang beriman dan beribadah yang dibiarkan hidup.

Azazil beribadah dengan sangat bersungguh-sungguh hingga ia diangkat ke langit yang pertama, atau menurut satu riwayat, ia telah banyak beribadah di langit pertama hingga ia diangkat ke seluruh tujuh lapisan-lapisan langit dan yang di atasnya.


SANG KEKASIH TUHAN

Dari Hasan Al-Bashri, “Azazil beribadah di tujuh lapisan langit hingga lebih dari 70.000 tahun, sampai ia diangkat ke Maqam Ridwan —ialah maqam yang sangat tinggi, dimana Ridwan menjadi penjaga Surga. Azazil menjadi penjaga Surga sampai ribuan tahun. Suatu ketia ia membaca sebuah prasasti pada salah satu gerbang surga, di situ tertulis:

"Akan ada salah seorang hamba diantara hamba-hamba kekasih Tuhan Yang Maha Perkasa, dalam jangka waktu yang lama ia akan taat dan menghamba kepada Tuhannya dengan amat baik. Akan datang suatu hari, akhirnya ia akan melawan dan menentang Tuhannya, dan ia akan diusir dari pintu-Nya dan dilaknat”.

Azazil membaca dan heran pada ramalan ini. “Bagaimana mungkin itu terjadi? Bahwa salah satu hamba yang terdekat kepada Tuhan akan durhaka kepada Tuhan semesta alam dan diusir dari kedekatan dan kesucianNya?” ia membela, “Ya Allah, Berilah aku ijin untuk mengutuk penentang itu, siapapun ia”.

Tuhan memberinya ijin, dan Azazil mengutuki pendosa (yang telah diramalkan) itu dalam waktu seribu tahun, tanpa ia tahu bahwa kutukan itu adalah untuk dirinya sendirinya. Azazil lupa, dirinya adalah juga hamba Allah dan tak menyadari bahwa kata “hamba” yang tertera pada tulisan di pintu surga itu bisa menimpa kepada siapa saja, termasuk dirinya.

Selama itu pula Azazil menjadi malaikat yang dikenal penduduk surga karena doanya selalu dikabulkan oleh Allah, bahkan para malaikat pernah memintanya untuk mendoakan agar mereka tidak tertimpa laknat Allah.

Tersebutlah suatu ketika saat berkeliling di surga, malaikat Israfil juga melihat dan membaca tulisan yang dibaca oleh Azazil tersebut. Tulisan itu tak pelak membuat Israfil menangis. Ia takut, hamba yang diramalkan itu adalah dirinya. Beberapa malaikat lain juga menangis dan punya ketakutan yang sama seperti Israfil, setelah mendengar kabar perihal tulisan di pintu surga itu dari Israfil. Mereka lalu sepakat mendatangi Azazil dan meminta didoakan agar tidak tertimpa laknat dari Allah. Setelah mendengar penjelasan dari Israfil dan para malaikat yang lain, Azazil lalu memanjatkan doa. “Ya Allah. Janganlah Engkau murka atas mereka”.

Dengan reputasi ibadahnya, Azazil semakin bebas berkelana ke seantero lapisan langit. Tidak ada wilayah langit yang belum dikenalnya. Seluruh malaikat kagum kepadanya. Azazil dikenal sebagai malaikat yang maqbul doanya.

Di luar doanya yang mustajab, Azazil dikenal juga seba-gai penghulu para malaikat, bendaharawan surga, malaikat yang paling hebat dalam hal ijtihad dan paling banyak ilmunya, malaikat yang paling terang, malaikat yang paling mulya yang memiliki empat pasang sayap.

"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus bermacam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat..." (QS. Fâthir [35]: 1).

Jadilah Azazil sebagai pemimpin malaikat di langit terdekat (samâ’ ad-dunyâ), cakrawala langit yang dapat kita saksikan serta bumi dan isinya diserahkan pengaturannya kepada Azazil. Karena memang ia bertugas mengatur urusan yang termasuk dalam lingkup langit dunia, yaitu makrokosmos yang termasuk juga bumi serta planet-planet lainnya, matahari, seluruh bintang dan galaksi hingga supercluster.

Semua lapis langit dan para penghuninya menjuluki Azazil dengan sebutan penuh kemuliaan meski berbeda-beda:

Pada langit lapisan pertama ia berjuluk Al-'Âbid, ahli ibadah yang mengabdi luar biasa kepada Allah. Di langit kedua, julukan Azazil adalah Ar-Râki’ atau ahli rukuk kepada Allah. As-Sâjid atau ahli sujud adalah gelarnya di langit ketiga. Pada langit berikutnya ia dijuluki Al-Khâsyi' karena selalu merendah dan takluk kepada Allah. Karena ketaatannya kepada Allah, langit kelima menyebut Azazil sebagai Al-Qânit. Gelar Al-Mujtahid diberikan kepada Azazil oleh langit keenam, karena ia bersungguh-sungguh ketika beribadah kepada Allah. Pada langit ketujuh, ia dipanggil Az-Zâhid, karena sederhana dalam menggunakan sarana hidup.

Selama 120 tahun, Azazil, si penghulu para malaikat menyandang semua gelar kehormatan dan kemuliaan, yang dengan itu Azazil mulai merasa bangga akan kedudukannya. Kesombongan mulai merasuki diri Azazil. Untuk itu Tuhan hendak menjadikan kesombongan yang tersembunyi dalam diri Azazil menjadi nyata dengan menciptakan makhluk baru yang justru diciptakan dari tanah di bumi yang menjadi wilayah kekuasaan Azazil.


PENCIPTAAN ADAM AS

Tibalah saatnya ketika para malaikat melakukan musyawarah besar atas undangan Allah.

“Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah di bumi”. Para malaikat berkata: “Mengapa hendak Kau jadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memujiMu dan menyucikanMu?” Tuhan menjawab: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui”. (QS. Al-Baqarah [2]:30).

Kekhawatiran malaikat ini karena memang sebelumnya telah terjadi pertumpahan darah di bumi oleh bangsa jinn.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah”. (QS. Shâd [38]: 71)

Dalam Bahrul ‘Ulûm li As-Samarqandiy 1:35, disebutkan: Kemudian Allah memerintahkan malaikat Jibril untuk mengambil tanah di bumi sebagai bahan penciptaan Adam. Namun bumi berkata kepada Jibril: “Atas nama Allah yang telah mengutusmu, jangan kau lakukan! karena aku takut dari tanah ini akan diciptakan makhluk yang banyak durhaka kepada Allah, sehingga aku akan malu kepadaNya”.

Demikianlah argumentasi bumi yang telah lama bersahabat dengan Azazil, sehingga sangat pandai mengolah kata. Bumi menolak perintah Allah dengan bersumpah atas nama Allah, sebuah kalimat kontradiktif yang secara sepintas nampak tawadhu‘ namun terjadi pengingkaran perintah.

Namun karena Jibril di waktu itu tidak terlatih untuk berargumentasi, maka kembalilah Jibril ke hadapan Allah. Dengan rasa sungkan, Jibril menghadap Allah sambil berkata, “Demikianlah yang terjadi, ya Tuhan! Namun jika diperintahkan turun lagi ke bumi, hamba pun akan turun”.

Lalu diutuslah malaikat Mika’il, namun kejadiannya sama dengan Jibril. Begitu pula malaikat Israfil juga tak bisa berkelit dengan argumentasi bumi, hingga Israfil pun juga kembali menghadap Allah. Ini mengisyaratkan bahwa dari bumi akan tercipta dan lahir makhluk yang kedudukannya di sisi Allah bisa melebihi para malaikat.

Lalu diutuslah malaikat Izra’il, dan sebagai kalimat ketundukan sebelum melaksanakan perintah, Izrail memuji Allah dengan kalimat Baqiyatush Shalihah sampai lima kali:


SUBHANALLAH WAL HAMDU LILLAH, WALA ILAHA ILLALLAH

“Maha Suci Allah, segala puji untuk Allah, tidak ada tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (izin) Allah”.

Maka turunlah Izrail ke bumi, dan seperti halnya Jibril, Mikail dan Israfil, bumi pun menggertak dengan argumentasi yang hebat. Namun Izrail membalas gertakan bumi dengan berkata, “mâ amarallâh awlâ min qawlik (Apa yang diperintahkan Allah lebih utama dari ucapanmu)”. Lalu Izrail mengumpulkan tanah berwarna merah, kuning, hitam dan putih, lalu dibawa kembali menghadap Allah.

Menurut versi lain, Izrail yang kemudian ditugasi Allah untuk membentuk rupa Adam. Dan karena Izrail yang berhasil membawa tanah sebagai bakal tubuh Adam, maka Izrail yang kemudian akan ditugasi untuk mencabut nyawa Adam dan anak keturunannya, hingga nyawa Izrail sendiri.

Sesungguhnya Kami telah menciptakanmu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, ... QS. Al-A’râf [7]: 11

“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya (Adam), dan telah Kutiupkan ke dalamnya ruhKu, maka tunduklah kalian kepadanya (Adam) dengan bersujud”.

Lalu bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis, dia tidak termasuk yang ikut ber-sujud, dia membangkang dan menyombongkan diri. (Selengkapnya lihat QS. Al-Baqarah [2]: 30-39; Al-A’râf [7]: 11-25; Al-Hijr [15]: 26-31; Al-Isrâ’ [17]: 61-65; Al-Kahfi [18]: 50-51, Thâhâ [20]: 115-124; dan Shâd [38]: 71-74).

Karena Azazil tidak mematuhi perintah Allah, maka serta merta Allah tidak memanggil dengan nama Azazil lagi, tapi dengan nama barunya, Iblis, karena ia telah berputus asa dari rahmat Allah. Ia menjadi sosok yang diramalkan dan bahkan ia kutuk selama seribu tahun.

“Hai iblis, apakah yang menghalangimu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tanganKu. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk yang (lebih) tinggi?” (QS. Shâd [38]: 75)

Kisah selanjutnya seputar bagaimana argumentasi Iblis atas ketidakpatuhannya untuk bersujud kepada Adam hingga akhirnya Iblis diusir dari surga, dan seterusnya, telah banyak dibahas. Sebagai pelengkap, pada lampiran di akhir buku ini kami sertakan seputar kisah Iblis setelah Adam diturunkan dari surga ke bumi.


NAMA-NAMA IBLIS

Nama 'Azâzîl (عَزازِيلُ) berasal dari bahasa Ibrani 'azaz'el (עזאזל), yang berarti “Tuhan telah menjadi kuat” atau “Tuhan memperkuat” dari kata ‘ãzaz yang berarti “menjadi kuat”, dan ‘el berarti “Tuhan”. (lihat: http://www.jewishencyclopedia.com/view.jsp?letter=A&artid=2203 dan http://en.wikipedia.org/wiki/Azazel).

Pertama kali tercatat nama Azazil ini terdapat di Perjanjian Lama Kitab Imamat (Leviticus) Pasal 16 ayat 8, 10 dan 26 —yang telah ada lebih dari 2000 tahun sebelum masa Islam. Dalam Bibel versi King James diterjemahkan dengan “The Scape-goat” bermakna “kambing yang disuruh pergi”, atau dengan perkataan lain “kambing pengangkut dosa”. Dari sinilah asal muasal istilah “scapegoat” atau “kambing-hitam”. Sebagaimana juga posisi iblis atau setan selalu kita tempatkan sebagai kam-bing hitam dari kesalahan yang kita buat sendiri. Ia kita laknat terang-terangan tetapi kita jadikan sahabat secara diam-diam.

Azazil adalah nama yang enigmatik dari naskah-naskah Ibrani dan apokripa, dimana nama Azazil sendiri digunakan kadang tertukar dengan nama Rameel dan Gadriel. Atau dalam pembahasan lain ia disejajarkan dengan Lucifer dan Beelzebub.

Nama Azazil juga sering dikenal dengan berbagai ejaan, seperti: Azazel, Azaziel, Azazyel, Azael, Asael, Aziel atau Asiel. Azazil juga mempunyai beberapa julukan (kunyah), seperti: Abu Murrah, Abu Kurdûs, dan Abû Karûbiyyîn. Kemudian kata Azâzîl dikenal dan dipakai dalam bahasa Arab, sebagaimana nama Jibrîl atau Jibrâ’îl (Gabriel), Mîkâ’il (Michael), Isrâfîl (Raphael), Izrâ’îl (Uriel), Ismâ’îl (Ismael), Isrâ’îl (Israel), yang kesemuanya juga berasal dari bahasa Ibrani (Hebrew).

Bahasa Ibrani serumpun dengan bahasa Arab dalam lingkup bahasa Semit, sehingga kata ‘azza atau ‘azzaza dalam bahasa Arab juga berarti “kuat” atau “perkasa”, dan salah satu nama Allah pun adalah Al-‘Azîz (Yang Maha Perkasa). Namun oleh Ibnu Abbas dan lainnya, kata Azâzîl dalam bahasa Arab disetarakan dengan kata Al-Hârits (الحارث).


MANUSIA ANTARA SETAN DAN MALAIKAT

Bangsa jin diciptakan oleh Allah dari nyala api (min mârij min nâr), sedangkan malaikat dari cahaya (nûr). Api (nâr) dan cahaya (nûr) dalam bahasa Arab berasal dari akar kata yang sama, yaitu terdiri dari huruf nûn-waw-râ’.

Iblis adalah bapaknya jin, sebagaimana Adam adalah bapaknya manusia. Iblis yang sebelumnya termasuk malaikat yang tercipta dari cahaya (nûr), karena ia berputus asa dari rahmat Allah (dengan tidak mau bersujud kepada Adam) maka diturunkanlah derajat kecahayaannya dari nûr menjadi nâr. Turun tingkat energi (frekuensi)nya namun meningkat pada panjang gelombangnya.

Nûr (cahaya) dan nâr (api), keduanya sama-sama cahaya, hanya berbeda spektrum. Sebagaimana dalam spektrum cahaya yang biasa kita sebut untuk warna pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Semua warna cahaya yang bisa kita sebut hanya berasal dari tiga cahaya: merah-hijau-biru, yang biasa disebut dalam istilah teknologi warna sebagai RGB (red-green-blue). Warna-warna lain adalah campuran dari dua atau tiga cahaya tersebut dengan proporsi tertentu.

Manusia mempunyai potensi setan dan malaikat. Jika baik, ia bisa melebihi malaikat. Jika buruk, ia bahkan bisa lebih rendah dari setan, serendah-rendahnya (asfala safilin).

Kita hampir sering lupa bahwa kita adalah manusia yang bisa salah dan juga bisa benar. Betapa sibuknya kita menuntut orang lain agar selalu sempurna, selalu baik seperti malaikat. Di saat lain, kita hampir-hampir merasakan nikmat mengutuk sesama saudara yang berbeda aliran, seolah-olah mereka adalah setan.


FASTA’IDZ BILLAH (maka berlindunglah kepada Allah)

Kalimat ta’âwudz (kalimat meminta perlindungan yang biasa kita kenal adalah:

A’ÛDZU BILLÂHI MINASY SYAYTHÂNIR RAJÎM

“Aku berlindung kepada Allah dari (godaan) setan yang terkutuk”.

Dalam surah Al-A’râf [7]:200, "Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syetan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (as-samî’ al-‘alîm)".

Maka redaksi lain dari kalimat ta’âwudz adalah:

A’ÛDZU BILLÂHIS SAMÎ’IL ‘ALÎM, MINASY SYAYTHÂNIR RAJÎM

"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari (godaan) setan yang terkutuk".

Dari struktur kalimat ta’awudz, kita diperintahkan agar berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Muncullah pertanyaan, “Mengapa dari setan, bukan dari iblis? Bukankah makhluk pertama yang disebut setan adalah Iblis yang asalnya bernama Azazil?”

Dalam beberapa ayat disebutkan persamaan figur antara iblis dan setan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Iblis adalah namanya, sedangkan setan adalah sifat dan perbuatannya. Iblis dari golongan jin, dan setan bisa berasal dari golongan jin dan manusia.

Dalam perintah agar minta perlindungan kepada Allah ini tersirat makna bahwa Iblis jelas lebih banyak dalam hal ilmu, iman, amal sampai ibadah. Bahkan Iblis semasa masih bernama Azazil telah menghuni surga dan seluruh lapisan langit telah ia ketahui dan jelajahi. Maka, hanya Allah yang akan dapat melindungi kita dari tipu daya Iblis.

Namun, dalam struktur kalimat ta’awudz kita tidak diperintahkan untuk berlindung dari Iblis, tetapi dari setan. Siapa setan dan siapa Iblis?

Iblis disebutkan dalam surah Al-Kahfi [18] ayat 50, “kâna minal jinn” (adalah dia (iblis, dulunya) dari golongan jin), termasuk golongan jin, bukan manusia. Iblis adalah nama salah satu makhluk dari bangsa jin. Menurut riwayat Ibnu Abbas, Iblis adalah bapak moyangnya jinn sebagaimana Adam adalah bapak moyangnya manusia.

Dalam surah Al-Jinn [72] ayat 1 sampai 15 banyak kita ketahui informasi kehidupan bangsa jin. Bahwa sebelum Nabi Muhammad diutus sebagai Rasul, bangsa jin masih dapat menempati beberapa tempat di langit untuk mendengarkan berita-berita dari para malaikat. Bahwa diantara bangsa jin juga ada yang mengikuti ajaran para nabi dari bangsa manusia sejak Adam hingga Isa, ada yang saleh dan ada yang tidak. Dengan demikian ada sebutan jin muslim dan jin kafir.

Sedangkan setan adalah sifat buruk yang bisa mungkin dimiliki oleh bangsa jin maupun manusia. Kata “setan” (syaythân) berasal dari akar kata yang terdiri dari huruf Syin-Thâ’-Nûn, yang bermakna “ba’uda” (jauh) dan “khâlafa” (menyalahi, mengingkari). Jadi, siapapun, baik jin atau manusia, jika menjauhkan diri, menyalahi atau mengingkari tujuan penciptaan (yaitu untuk beribadah kepada Allah), maka ia bisa disebut “setan”.

Dalam firman Allah surah Al-An’âm [6] ayat 112 disebut-kan frase “syayâthîn al-ins wa al-jinn” (setan-setan dari golongan manusia dan jin), dan merekalah yang menjadi musuh setiap para nabi. Sehingga pula dalam surah An-Nâs kita disuruh berlindung kepada Allah dari bisikan jahat setan-setan yang tersembunyi (khannâs) yang berasal dari golongan jin dan manusia (minal jinnati wan nâs).

Telah ditegaskan dalam firman Allah QS. Adz-Dzâriyât [51] ayat 56, bahwa jin dan manusia diciptakan untuk ya’budûn (menyembah, mengabdi, beribadah dan menghamba). Jadi, hanya dua jenis makhluk yang diberi kewajiban menyembah atau beribadah, yaitu bangsa jin dan bangsa manusia. Artinya, yang memiliki pilihan baik-buruk, sehingga akan mendapat surga atau neraka, adalah jin dan manusia. Sedangkan makhluk lain, malaikat, tumbuhan, hewan dan benda-benda tidak termasuk yang diberi kewajiban, tidak memiliki pilihan selain hanya beribadah, bertasbih dan bersujud kepada Allah dengan caranya masing-masing.

Untuk itulah jika siapa saja dari bangsa jin dan manusia tidak berada pada jalanNya, maka mereka akan menjadi supporter neraka, seperti firman: “Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahanam itu dengan jin dan manusia bersama-sama”. (QS. As-Sajdah [32]: 13)

Setan disebut “musuh yang nyata” bukan nyata dalam hal pandangan mata, bukan maksudnya bahwa setan itu bisa dilihat mata kepala. Karena kata “nyata” yang menyifati setan tersebut dengan kata “mubîn”, yang berarti nyata dan jelas duduk perkara dan masalahnya. Ketidakrelaan iblis untuk mengakui keunggulan Adam sudah menjadi penjelasan (bayân) dan bukti nyata (bayyinah) bahwa ia akan terus memusuhi Adam dan keturunannya. Disebut jelas karena setan bisa berada diantara (bayna) diri kita sendiri, bahkan bisa berada di dalam diri kita sendiri.

Jadi, dalam struktur kalimat ta’awudz tersirat makna bahwa ada yang lebih berbahaya dan lebih mungkin menyesatkan daripada Iblis, yaitu sifat-sifat syaithaniyyah (satanic) yang ada dalam diri manusia sendiri, kesombongan, merasa paling baik ibadahnya, merasa paling benar, merasa paling tahu segala hal, dan sebagainya yang ujungnya adalah penuhanan diri sendiri. Dan inilah yang disebut jauh dan menyalahi/mengingkari kadar kemakhlukannya, karena yang berhak sombong, yang paling sempurna, yang paling tahu, yang paling benar, tentu adalah Sang Pencipta sendiri.

Pada puncaknya, yang paling kita takuti adalah jika tipudaya itu berasal dari Allah sendiri. Karena Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki, Allah menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki, atau memberi petunjuk siapa saja yang Dia kehendaki (lihat QS. 13:27, 14:4, 16:93, 35:8, 74:31).

Azazil, yang saat itu menjadi makhluk nomor satu di langit dan di bumi, karena Allah telah menghendaki, ia pun tersesat oleh dirinya sendiri, oleh sifat setan yang ada dalam dirinya tanpa ia sadari.

Karena melihat Azazil dikutuk oleh Allah pertama kalinya, maka Jibril, Mikail, Izra`il dan Israfil menangis tersedu-sedu memohon perlindungan kepada Allah.


Salah satu redaksi doa yang diajarkan Nabi SAW:

“Aku berlindung dengan ridhaMu dari amarahMu, dan aku berlindung dengan ampunanMu dari murkaMu, dan aku berlindung kepadaMu dariMu”.

Demikianlah. Setelah manusia dapat mengendalikan syetan dalam dirinya, maka ia harus berhadapan dengan dirinya sendiri. Karena terhadap dirinya sendiri, manusia pun bisa sangat mudah menipu. Menipu diri sendiri. Mencurangi diri sendiri. Menghibur diri sendiri. Menganggap indah dan baik semua perbuatannya sendiri.

Bahkan setelah manusia mampu mengendalikan dirinya, yang terakhir harus dihadapi adalah Allah. Kalau Allah sudah menghendaki, apapun terjadi. 70 tahun kafir, tetapi 5 menit sebelum ajal ternyata bertobat, Allah yang berkuasa melakukan itu. 70 tahun selalu beribadah, tetapi 5 menit sebelum ajal ternyata murtad, Allah yang berhak berbuat itu. Maka, benarlah firmanNya yang sering diulang-ulang:

"Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya". (QS. An-Nisâ’ [4]: 88; lihat juga: QS. An-Nisâ’ [4]: 143; Al-A’râf [7]: 178, 186; Ar-Ra’d [13]: 33; Al-Isrâ’ [17]: 97; Al-Kahf [18]: 17; Az-Zumar [39]: 23, 36; Al-Mu’min [40]: 33; Asy-Syûrâ [42]: 44, 46)

Salah satu kesombongan terbesar adalah kita diam-diam bangga dengan jumlah ibadah yang telah kita lakukan kemudian diam-diam merasa tidak mungkin tersesat. Sedangkan Allah adalah Sebaik-baik pembuat tipudaya (Khayrul Mâkirîn, QS. Ali Imrân [3]: 54 & Al-Anfâl [8]: 30). Siapakah yang bisa lepas dari tipudaya Allah?

Oleh karena itu, dalam doa dari Nabi SAW diatas diakhiri dengan kalimat: "Aku berlindung kepada-Mu dari-Mu".


BERSUJUD KEPADA RUH-KU

Ketika Iblis ditanya oleh Allah mengapa ia tidak bersedia bersujud kepada Adam, ia menjawab, “Aku lebih baik daripada dia, Kau ciptakan aku dari api sedangkan dia Kau ciptakan dari tanah. Apakah aku akan bersujud kepada manusia yang telah Kau ciptakan dari tanah? Terangkanlah kepadaku, inikah orangnya yang telah Kau muliakan atas diriku?” (Lihat QS. Al-A’râf [7]:12; Al-Isrâ` [17]:61; Al-Isrâ’ [17]:62).

Dari jawaban Iblis tersebut dapat dipahami bahwa ia sekedar melihat sisi lahiriah Adam yang diciptakan dari tanah bumi, yang mana saat itu masih menjadi wilayah kekuasaannya. Ia tidak (atau tidak mau) melihat sisi batiniyah Adam, bahwa Ruh Allah ada di dalam diri Adam. Kepada RuhNya inilah perintah sujud tertuju, bukan kepada daging Adam atau Adam sebagai makhluk.


IBLIS HARUS SUJUD KEPADAMU (?)

Dengan mengenal kisah-kisah tersebut, maka sudah SEHARUSNYA Iblis memang HARUS sujud kepada anak cucu Adam, karena Ruh Allah yang menggerakkan kehidupannya. Namun mengapa kita mengutuki iblis secara terang-terangan tetapi kita jadikan sahabat secara diam-diam?

Seorang pelacur yang memberi minum anjing dapat terampuni dosa-dosanya. Hanya sekali, dan kepada anjing pula. apalagi jika perbuatan baik itu kita berikan kepada sesama manusia, sesama saudara seagama pula?

Namun mengapa sepertinya sulit memberikan ruang dan kesempatan bagi sesama saudara seagama untuk beribadah sesuai dengan kapasitas masing-masing. Sekali lagi, hanya berbuat baik kepada anjing dapat terampuni dosa-dosa kita.

Alangkah asyiknya kita mengutuki sesama saudara seolah-olah esok pagi kita masih bisa menjamin bahwa iman kita akan selalu berada dalam kebenaran.

Alangkah mudahnya hanya cukup mengkritik bahwa kisah-kisah ini hanyalah dongeng israilliyah, namun cara melontarkan kritikan, alat untuk memperkeras kutukan, sarana-sarana untuk melancarkan kutukan justru adalah produk israilliyah.

Alangkah susah menerima kebenaran jika bukan dari orang yang satu aliran, satu perkumpulan, satu partai, satu golongan, satu organisasi, satu jamaah, satu majlis, satu paguyuban, dan satu-satu-satu lainnya.

Alangkah banyaknya omongan, dan alangkah indahnya jika omongan itu tepat. Alangkah sulitnya melakukan kebajikan dan alangkah mudah untuk merusaknya.

Alangkah bangga, baru beberapa bulan membaca ayat seolah dapat menjamin tidak akan berakhir seperti Azazil.

Wahai, jika saja yang muda tahu!

Wahai, jika saja yang tua mampu!



(Ditulis oleh: Yudi Rohmad dalam Kata Pengantar buku "Iblis Harus Sujud Kepadamu")

TIKUNGAN IBLIS

Jakarta, 30 Desember 2008

Sebuah kebahagiaan, pembahasan yang saya tunggu-tunggu dari Cak Nun adalah tentang sosok Iblis & Setan. Saya masih ingat, CN mulai membahas di Kenduri Cinta mulai Januari 2008. Dan syukur pula kemudian saya diminta mas Andri Dwi Wiyono untuk membikin desain gambar ini yang kemudian menjadi gambar pembuka di www.tikunganiblis.com, namun situsnya sudah tutup, karena hanya untuk selama pementasan teater berjudul Tikungan Iblis.

Dan artikel saya pun sudah saya masukkan ke buku "Iblis Harus Sujud Kepadamu?" berjudul "Masa Keemasan Iblis" (1 bulan setelah pementasan di Jogjakarta). Klop sudah.


Sumber: http://thmoyo.blogspot.com/2010/01/masa-keemasan-iblis-misterius-iblisius.html

Edit

Pertama Kali Iblis Datang Ke Jawa



Catatan "Pertama Kali Iblis Datang Ke Jawa" ini saya lampirkan di akhir buku "IBLIS HARUS SUJUD KEPADAMU"
Penerbit Studia Press
ISBN: 9793760575
Di bawah ini data yang bersumber dari sebuah situs di internet yang data aslinya dalam bahasa Inggris pada bab The Myth of Creation (Mythology and Cosmology of Cirebonese Traditions) di situs ini:

http://epress.anu.edu.au/islamic/itc/mobile_devices/ch03s02.html

Kemudian saya terjemahkan secara bebas. Di dalamnya terdapat kisah Idajil sebagai sebutan Azazil bagi orang Jawa.

Penduduk dan Agama Asli Jawa

Gagasan bahwa umat manusia berasal dari Adam diceritakan oleh mitos lain yang menghubungkan mata rantai antara generasi saat ini dan nenek moyang mereka. Menurut mitos di kalangan penduduk Cirebon, pertama kali Adam mendapat keturunan adalah ketika ia berusia sekitar 130 tahun, Hawa mengandung dan melahirkan anak kembar, satu pria dan satu wanita, yang diberi nama Qabil dan Iqlima. Secara keseluruhan Hawa melahirkan sampai 42 kali, dan setiap kelahiran adalah kembar (satu laki-laki dan satu perempuan), kecuali pada kelahiran yang ke-6, yaitu ketika Hawa mengandung hanya satu anak laki-laki, yaitu Syits, dan yang ke-40 kali, yaitu ke-tika mengandung hanya seorang anak perempuan, Hunun.

Ketika Hawa melahirkan pasangan kembar yang kelima, Adam menetapkan aturan perkawinan, bahwa anak lak-laki yang tampan harus menikah dengan anak perempuan yang tidak cantik, sedangkan anak laki-laki yang tidak tampan harus menikah dengan anak perempuan yang cantik. Karena setiap Hawa melahirkan selalu kembar dua, sehabis kembar cantik dan tampan, kemudian kembar tidak cantik dan tidak tampan, dengan demikian menurut aturan ini dipastikan bahwa tak seorang anaknya pun yang bisa menikahi kembarannya.

Pada tahap ini, Iblis —yang telah menyebabkan mereka dilempar dari surga— menyiapkan sebuah rencana baru. Ia mencoba lagi mengganggu Adam dan Hawa, tetapi tidak bisa melakukannya dengan cara yang sama seperti ia telah melakukan di surga, sebab alam mereka telah menjadi sangat berbeda. Adam dan Hawa adalah makhluk fisik (jasmani, kasar), sedangkan iblis sendiri adalah makhluk non-fisik (rohani, halus). Iblis kemudian memasuki hati Siti Hawa dan berbisik kepadanya agar memberontak melawan terhadap aturan perkawinan Adam dengan menentang dan mengesankan sebagai aturan yang kontroversial; yaitu, putranya yang tampan juga harus menikah dengan putrinya yang cantik, dan putra yang tidak tampan juga harus menikah dengan putrinya yang tidak cantik.

Untuk mendukung pernyataan mereka, Adam dan Hawa masing-masing mengklaim berhak atas anak-anak mereka dan oleh karena itu juga berhak untuk menetapkan peraturan perkawinan. Masing-Masing bersikeras bahwa anak-anak itu benar-benar berasal dari badannya; menurut Adam dari spermanya dan menurt Hawa dari sel telornya. Untuk memecahkan masalah tersebut akhirnya mereka sepakat untuk menuangkan kedua unsur tersebut (sperma dan sel telur) ke dalam dua bejana (atau cupu) yang berbeda untuk memohon bimbingan Tuhan.

Suatu hari setelah berdoa, muncullah angin yang cukup kencang menerbangkan bejana Siti Hawa. Ketika itu Adam berusia sekitar 160 tahun, di dalam bejananya berkembanglah seorang bayi laki-laki yang manis. Mereka kemudian paham bahwa semua yang telah terjadi adalah Kehendak Tuhan lalu memberi nama bayi itu Syits. Sejak saat itu, aturan perkawinan yang dirancang oleh Adam pun berlaku. Keseluruhan populasi manusia dunia, oleh karena itu turun dari Adam melalui/sampai anak-anak nya (kecuali Hunun, yang tidak menikah sebab dia dilahirkan tanpa kembaran, dan Habil, yang dibunuh sebelum mempunyai anak), termasuk Syits, yang mendapatkan isterinya dengan cara berbeda.

Gagal menggoda Hawa, Iblis tidak berhenti mengganggu; ia beralih kepada anak-anaknya. Sebagai hasil usahanya, diluar dari yang empatpuluh perkawinan antara anak-anak Adam, ada tiga pasang yang memilih menentang aturan perkawinan dan menikahi pasangan kembar mereka yang tampan dan cantik. Mereka adalah: pasangan kembar sulung, Kabil menikahi Aklima; pasangan kembar kelima, Harris menikahi Dayuna; pasangan kembar kelimabelas, Lata menikahi Ujiah (‘Uzza). Kabil menikahi Aklima setelah pembunuhan suaminya, Habil. Untuk menyatakan pemberontakannya mereka meninggalkan tempat Adam; Kabil-Aklima ke selatan Afrika; sedangkan Lata-Ujiah ke arah barat Afrika (Eropa?); dan Harris-Dayuna pergi ke arah timur ke negeri China.

Tanpa menetapkan dari pasangan mana penduduk asli Jawa dimulai, mitos ini mengatakan bahwa ekspedisi laut yang pertama ke Pulau Jawa diadakan oleh Wazir Asia barat, Alexander The Great (Iskandar Zulkarnain, Nabi Dzul Qarnayn). Ia sengaja mengirim sebanyak 2.000 laki-laki dan perempuan untuk menduduki Pulau Jawa. Sayangnya mereka menemui ketidakramahan dan sebagian besar mereka dibunuh oleh penghuni asli, termasuk beberapa macam binatang buas liar, lelembut dan dedemit (hantu). Tidak lebih dari 100 orang yang tersisa dan kembali ke Asia barat.

Ekspedisi kedua dikirim lagi tetapi dengan kewaspadaan tinggi, turut serta sejumlah tetua yang bijak dan suku-suku yang berbeda, terutama sekali orang-orang dari selatan dan Asia tenggara (Keling dan Campa). Ada sekitar 20.000 laki-laki dan perempuan, yang dipimpin oleh Syeikh Subakir yang mendarat di Pulau Jawa. Syeikh Subakir segera pergi ke Gunung Tidar di mana ia menemui Semar dan Togog, para pemimpin mahluk halus di Jawa dan merundingkannya dengan mereka.

Mereka akhirnya mencapai suatu persetujuan dengan membiarkan pendatang baru itu untuk tinggal di Pulau Jawa dengan syarat mereka harus sadar bahwa Pulau Jawa sesungguhnya dihuni oleh banyak mahluk halus, sehingga kedua belah pihak —terutama pendatang pertama (penghuni asli)— yang lebih dulu harus berusaha untuk mendukung kehidupan bersama yang tenang (rukun) satu sama lain. Sejak saat itu Pulau Jawa telah dihuni oleh makhluk halus dan juga manusia.

Posisi keturunan Adam, Syits, menjadi makin signifikan. Mitos mengatakan bahwa Syits tadinya adalah salah satu dari anak-anak Adam yang paling terkasih, dan oleh generasi kemudian kepadanya figur mitos penting ditujukan. Ia menikah Dewi Mulat, namun siapa dia, dari mana dia datang, dan bagaimana Syits berjumpa dengannya, tidak diuraikan. Syits, pada sisi lain, digambarkan sebagai anak yang berkelakuan baik, sehingga kemudian setelah Adam meninggal pada usia 960 tahun, Syits menerima warisan kenabian Adam.

Hal ini menjadikan kebanggan dan sekaligus kecemburuan pada diri Idajil, Raja jin. Idajil ingin, dan kemudian mencoba, untuk mempunyai keturunan yang bisa mengambil alih, atau paling tidak, membawa kemuliaan Adam dan Syits. Ia ingin Syits menikahi putrinya, Delajah. Namun sayangnya, Syits telah menikahi Dewi Mulat. Bagaimanapun juga Idajil tidak berputus asa, sebagai gantinya, ia membuat segala cara yang mungkin untuk mewujudkan hasratnya. Ia menyindir putrinya, Delajah, ke dalam diri Dewi Mulat dan dengan diam-diam menaruhnya di samping Syits. Pada waktu yang sama ia membawa Dewi Mulat. Setelah tahu dengan pasti bahwa Delajah telah dihamili ia melepaskannya dan dengan seketika menggantinya dengan Dewi Mulat karena takut ketahuan.

Dari perkawinannya dengan Syits, Dewi Mulat melahirkan anak kembar. Yang satu adalah seorang manusia sempurna bernama Anwas. Yang satu lagi adalah seorang yang mengesankan sebagai cahaya dalam figur manusia, bayi spiritual yang sebenarnya adalah putra Delajah dan Syits. Dinamakan Anwar (bentuk jamak dari kata Arab “Nur” yang artinya “cahaya”).

Dua bayi tersebut (satu manusia dan satunya lagi, sesungguhnya, adalah jinn), dirawat dengan cinta dan kasih sayang, bahkan ketika Adam telah sadar bahwa Idajil yang telah campur tangan dalam hubungan tersebut. Selama masa kanak-kanak mereka, mereka menghormati kakek dan nenek dan orang tua mereka dengan sangat baik, dan bangga akan mereka, tetapi kemudian Anwas dan Anwar menunjukkan pilihan dan kebiasaan yang jelas sangat berbeda.

Anwas sangat jelas mengikuti kebijaksanaan dari kakek dan bapaknya, menjadi seorang yang beriman dengan tulus, gemar akan pelajaran kebenaran dan iman. Anwar, bagaimanapun, senang akan pengembaraan untuk mencari kebijaksanaan melalui perenungan dalam ketenangan dan tempat-tempat asing/aneh seperti di atas pegunungan, di dalam rimba raya dan di dalam gua. Sebelum kematiannya, Adam menceritakan kepada Syits agar seksama bahwa para putranya Anwas dan Anwar akan mengambil alur berbeda. Ramalan ini sebenarnya setelah Adam meninggal. Anwar selalu bersedih ketika mengingat bahwa manusia akhirnya mati, tak bisa bergerak dan dikuburkan. Syits menceritakan kepadanya bahwa itu adalah proses yang alami dan bahwa itu akan terjadi pada semua orang tanpa perkecualian. Tetapi duka cita Anwar tak tertahankan dan ia mengolah pikirannya untuk meninggalkan orang tuanya dan untuk mengambil tindakan apapun yang akan memungkinkan dia untuk menghindari penyakit dan kematian. Ia mengembara mencari-cari sesuatu yang akan memastikan harapannya. Idajil dengan segera mengambil keuntungan dari kesempatan; ia menemui Anwar, yang sesungguhnya adalah cucunya, dan menceritakan kepadanya bahwa keputusannya adalah baik dan ia berjanji untuk membantunya.

Idajil membimbing Anwar ke arah utara, ke Dulmat. Di sini Idajil melakukan suatu tindakan magis, pertama dengan membuat awan tebal yang membungkus badan mereka bersama-sama. Seketika awan menghilang, sebuah sumber air nampak di depan mereka. Ia meminta Anwar untuk minum sebanyaknya, sekuat kemampuannya, serta agar berendam di sumber air yang disebut Tirta Marta Kamandanu (air kehidupan), air kehidupan kekal. Ia juga memberi Anwar bejananya Siti Hawa, yang disebut Cupu Manik Astagina, bejana permata dengan delapan keistimewaan, yang telah ditemukan Idajil setelah bejana itu diterbangkan oleh angin yang kencang. Ia meminta Anwar untuk mengisinya dengan air, untuk beberapa keperluan di masa mendatang. Salah satu keistimewaan bejana tersebut bahwa air di dalamnya tidak pernah dapat habis.

Idajil kemudian memimpinnya keluar dari tempat ini dan menceritakan kepadanya agar mengambil sekuntum tumbuhan Rewan yang akan ia temukan dalam perjalanan kembalinya, akarnya disebut Latamansadi, yang mujarab untuk mengobati segala macam penyakit. Idajil kemudian menghi-lang, membiarkan Anwar dalam keadaan ragu-ragu kemana akan pergi. Tetapi pada akhirnya Anwar menemukan tumbuhan tersebut dan ia dengan gembira mengambil sebagian dari akar latamansadi.

Pada waktu itu Anwar telah menemukan berbagai hal yang penting yang ia benar-benar menginginkan: menghindari penyakit, dengan menguasai latamansadi, dan menghindari kematian dengan minum dan mandi dengan air kehidupan kekal. Ia mempunyai lebih banyak lagi bejana permata delapan keistimewaan dan beberapa cadangan air kehidupan kekal. Setiap ia menginginkan masih ada lagi.

Mitos melanjutkan dengan cerita bagaimana Anwar di bawah bimbingan Idajil, dapat berjalan dan bergerak dengan kecepatan rohani yang hebat. Misalnya, ia terdorong untuk melakukan petualangan lebih lanjut: ke laut Iraq, dimana disana ia berjumpa dengan para malaikat yang dikutuk, yaitu Harut Dan Marut, yang mengajarinya ilmu astrologi untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa datang.

Di Afrika ia berjumpa dengan paman dan bibinya, Lata dan Ujiah (‘Uzza), putra dan putri Adam yang suka menentang yang mengajarinya bagaimana cara memperoleh hidup nyaman dengan berkelimpahan.

Di Gunung Cauldron di muara Sungai Nil, Anwar berjumpa lagi dengan Idajil, tetapi ia tak mengenalinya. Idajil memberinya pengalaman mistis melihat surga; diajarinya agar dapat bergerak lebih cepat dari angin; dan memberinya hadiah yang mahal, Ratna Dumilah, sebuah intan permata seperti lampu bersinar yang bisa membimbingnya ke jalan yang lebih terang; Idajil mengajarinya, dan memberinya hak otoritas untuk mengajarkan doktrin tentang kehidupan kekal melalui ‘reinkarnasi’, dan untuk mencapai surga bagi mereka yang tidak ingin menjelma lagi (dalam reinkarnasi).

Idajil juga memintanya untuk mengejar pengetahuan yang lebih lanjut seperti pencerahan di Maladewa (Maldive), suatu pulau di Lautan India, sebelah barat-daya India.

Setelah mengikuti semua instruksinya, Anwar meraih prestasinya yang paling tinggi dalam suatu bentrokan singkat dengan Nuradi, raja jin di pulau Maladewa, Nuradi menyerah kepadanya dan mengaku bahwa Anwar jauh lebih kuat. Nuradi menyerahkan tahtanya kepada Anwar. Ia meminta para pengikutnya untuk memuja Anwar dan menghormatinya sebagai dewa sejati. Mereka menyebut Anwar sebagai raja dewa yang baru dengan julukan Sang Hyang Nur Cahya, artinya Roh Super Cahaya.

Sejak Anwar memperoleh kekuasaan, ‘agama Sang Hyang’ secara formal dibentuk dengan reinkarnasi sebagai dok-trin utamanya. Ia menikahi Putri Nuradi, Dewi Rini, yang dengannya ia memperoleh keturunan. Agama Sang Hyang ini kemudian dibawa ke Pulau Jawa oleh Batara Guru, keturunan ke-4 Sang Hyang Nur Cahya. Batara Guru datang ke Pulau Jawa dari India, menikahi seorang perempuan Jawa dan memperoleh seorang putra. Ketika Batara Guru kembali ke India, posisinya digantikan oleh putranya yang asli Jawa. Ketika Bhagawan Abiyasa dan Pandu Dewanata —Keturunan ke-14th dan ke-13th Sang Hyang Nur Cahya dari Bhatara Guru— mengambil kepemimpinan, Agama Sang Hyang ini tersebar lebih luas. Agama ini telah diadopsi oleh orang Jawa sampai Islam datang.

Tidak sama dengan Anwar —yang dulu dilahirkan sebagai roh dan yang membentuk agamanya sendiri setelah mela-kukan perenungan dan pencarian panjang dalam hal kebijaksanaan di bawah bimbingan Idajil— Anwas dilahirkan sebagai manusia nyata, yang mengikuti agama risalah dari kakeknya (Adam) dan bapaknya (Syits). Ia memperoleh keturunan yang juga nabi, termasuk Muhammad, nabi yang terakhir. Mereka meneruskan agama Allah kepada yang mau menerimanya.

Menurut mitos, skenario Idajil tidak berakhir dengan Anwar, yang menjadi perhatian utamanya adalah untuk mempunyai keturunan yang menjaga kemuliaan Syits antara jin atau manusia. Di kemudian hari, dari perkawinan silang keturunan Anwar dengan jenis manusia, muncullah beberapa jenis keturunan, ada yang jin, ada yang manusia, juga ada yang sete-ngah jin setengah manusia. Beberapa di antara mereka adalah figur terhormat: dari kalangan jin yaitu Sang Hyang, dari jenis manusia adalah Sang Prabu, Pandhita, dll., dan di antara yang setengah jin setengah manusia adalah Bhatara, dan Bhagawan. Keturunan yang terakhir ini, dengan tradisi agama mereka (agama Sang Hyang) yang menduduki Pulau Jawa yang mendahului Islam.

Di lingkungan wilayah Cirebon, keseluruhan mitos ini menjadi bagian dari tradisi kesusasteraan yang berkaitan dan menjadi mata rantai dengan bapak penemu mereka, Sunan Gunung Jati. Dari Adam dapat diusut dari kedua sisi: Anwar dan Anwas. Ibu Sunan Gunung Jati, Rarasantang, adalah putri Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran, Keturunan Jawa ke-41 dari Batara Guru, dan keturunan ke-45 dari Sang Hyang Nurasa, Putra Syits, putra Adam. Ayah Sunan Gunung Jati adalah Syarif Abdullah, Wazir Kerajaan Turki di Mesir, keturunan ke-21 dari Nabi Muhammad, sedangkan Nabi Muhammad sendiri adalah keturunan ke-37 dari Anwas, putra Syits, putra Adam.

Pesan di balik mitos ini telah jelas sudah: pada satu sisi, Sunan Gunung Jati dan keturunannya mempunyai hak-hak legitimasi kepemimpinan baik secara rohani maupun politis bagi seluruh penduduk Jawa, baik itu para pengikut Sang Hyang, orang Islam, makhluk halus, atau manusia, sepanjang mereka adalah keturunan Adam atau jin. Dengan begitu mereka semua harus tinggal dalam keselarasan (rukun) di bawah kepemimpinan keturunannya.

Pada sisi lain, mitos ini secara implisit menyatakan bahwa Allah adalah Yang Maha Tertinggi dan Maha Esa. Sedangkan dewa-dewa lain yang sebagian besar jenis Sang Hyang adalah tak lain hanya nenek moyang kita yang layak untuk dihormati tetapi tidak untuk dipuja/disembah. Mereka tak berdaya menghadapi kuasa ilahi mandiri dan riil. Jika mereka menunjukkan suatu kekuatan, adalah sebab Tuhan telah memberikan kepada mereka. Kekuatan mereka dapat dicabut kapan saja Tuhan mau. Lebih dari itu, seperti halnya kita, mereka hanya keturunan Syits, putra Adam. Adam sendiri adalah ciptaan Tuhan, yang pernah suatu kali dihukum. Ia selamat setelah tobat dan telah diserahi posisi sebagai Wakil Tuhan di atas bumi (khalîfatullâh fil ardh), setelah dicurahkan RahmatNya. Meski demikian, ia juga mengalami mati karena ia hanya makhluk ciptaan.

Idajil, jinn hebat yang kuat, yang telah mendukung kelahiran Sang Hyang, adalah tak lain hanya sosok makhluk, posisinya di bawah Adam, bahkan di bawah Syits. Musuh mereka yang umum adalah setan, Iblis dan setan, yang selalu menawarkan godaan untuk melakukan kejahatan dan menyebabkan penderitaan. Bagaimanapun juga, Idajil telah jatuh ke dalam cobaan/tipuan ini.

Sumber: http://thmoyo.blogspot.com/2010/01/pertama-kali-iblis-datang-ke-jawa.html
Edit

Anwas - Anwar Lahir

 Kisah ini menceritakan tentang peristiwa pembunuhan pertama di dunia, perkawinan Sis, dan kelahiran anak-anak Sis yang bernama Anwas dan Anwar. Kelak, tokoh bernama Anwar ini akan menjadi dewa pertama yang bergelar Sanghyang Nurcahya.


Sumber yang dipakai dalam penyusunan kisah ini adalah Serat Paramayoga karya Raden Ngabehi Ranggawarsita yang dipadukan dengan kisah-kisah tradisi dari Timur Tengah.

Kediri, 25 April 2014


Heri Purwanto 


------------------------------ ooo ------------------------------

SITI HAWA MENGIDAM BUAH-BUAHAN SURGA

Di Negeri Kusniya Malebari, Nabi Adam bersama para putra sedang membicarakan sang istri, yaitu Siti Hawa, yang kali ini sedang mengandung untuk ketiga belas kalinya. Yang membuat heran adalah Siti Hawa mengidam ingin memakan buah-buahan dari Taman Surga.

Dalam pembicaraan itu Sayidina Kabil sang putra sulung juga menyampaikan keluhan yang selama ini dipendam dalam hati, yaitu tentang peraturan Nabi Adam dalam menikahkan putra-putrinya. Sayidina Kabil lahir bersama Siti Aklimah, sedangkan Sayidina Habil lahir bersama Siti Damimah. Namun, Sayidina Kabil yang berwajah tampan ternyata dinikahkan dengan Siti Damimah yang berwajah jelek, sedangkan Sayidina Habil yang berwajah jelek ternyata dinikahkan dengan Siti Aklimah yang berwajah cantik. Selama ini Sayidina Kabil selalu memendam kekecewaaan dalam hati, namun sekarang ia tidak tahan lagi dan menyampaikan rasa kesalnya itu kepada sang ayah.

Nabi Adam menjelaskan bahwa peraturan tersebut ditetapkan dengan pertimbangan bahwa Sayidina Kabil dan Siti Aklimah lahir bersama, maka mereka berasal dari satu benih yang sama, sehingga tidak baik jika dinikahkan. Sayidina Kabil kecewa dengan jawaban sang ayah. Ia lalu pamit undur diri meninggalkan pertemuan.

Nabi Adam kembali membicarakan kehamilan Siti Hawa. Dulu mereka berdua telah melanggar larangan Tuhan Yang Mahakuasa, sehingga harus dikeluarkan dari Taman Surga. Kini Siti Hawa sedang mengandung dan merindukan kelezatan buah-buahan dari tempat yang serba indah itu. Putra keenam bernama Sayidina Sis mengajukan diri untuk mewujudkan idaman sang ibu. Nabi Adam sangat yakin pada kemampuan Sayidina Sis dan memberikan restu kepadanya untuk berangkat.


SITI HAWA MENCERITAKAN KELAHIRAN SAYIDINA SIS

Nabi Adam masuk ke dalam puri dan disambut Siti Hawa. Kepada sang istri, ia menceritakan jalannya pertemuan, di mana Sayidina Sis bersedia mengusahakan terwujudnya buah-buahan dari Taman Surga. Ia juga menceritakan kekecewaan Sayidina Kabil karena beristrikan Siti Damimah yang buruk rupa.

Siti Hawa mengungkit cerita masa lalu di mana antara dirinya dan sang suami pernah berselisih paham mengenai tata cara perkawinan putra-putri mereka. Nabi Adam berpendapat, putra pertama hendaknya dinikahkan dengan putri kedua, sedangkan putra kedua dinikahkan dengan putri pertama. Putra ketiga dinikahkan dengan putri keempat, sedangkan putra keempat dinikahkan dengan putri ketiga. Begitulah seterusnya. Di lain pihak, Siti Hawa berpendapat putra pertama hendaknya dinikahkan dengan putri pertama, putra kedua dinikahkan dengan putri kedua, dan seterusnya, dengan alasan mereka sudah berjodoh sejak dalam kandungan.

Perbedaan pendapat itu membuat keduanya berselisih tanpa ada yang mau mengalah, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk meminta petunjuk kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Masing-masing lalu mengeluarkan benih dari dalam tubuh untuk ditempatkan di dalam pusaka Cupumanik Astagina. Benih Nabi Adam ditempatkan pada tutup cupumanik, sedangkan benih Siti Hawa ditempatkan di badan cupumanik. Setelah beberapa hari, atas kehendak Tuhan, benih milik Nabi Adam berubah menjadi calon janin, sedangkan benih Siti Hawa tidak berubah. Karena itulah, Siti Hawa mengaku pasrah dan menyerahkan keputusan tentang tata cara pernikahan putra-putri supaya dijalankan sesuai pendapat Nabi Adam.

Setelah Nabi Adam dan Siti Hawa pergi, Malaikat Jibril datang atas perintah Tuhan Yang Mahakuasa untuk menyatukan calon janin tersebut dengan benih Siti Hawa sehingga menjadi bayi hidup, yang kemudian diberi nama Sayidina Sis. Dengan demikian, anak pertama sampai kelima selalu lahir sepasang laki-laki perempuan, sedangkan putra keenam ini hanya seorang laki-laki, yaitu Sayidina Sis tersebut. Tidak lama kemudian muncul angin topan yang menerbangkan Cupumanik Astagina entah ke mana.

Siti Hawa mengakhiri ceritanya. Nabi Adam berusaha menenangkan perasaan istrinya, dan menganggap keluhan Sayidina Kabil tadi adalah ujian rumah tangga belaka. Maka ia pun mengajak Siti Hawa untuk lebih menguatkan iman dan senantiasa berserah diri kepada Tuhan Yang Mahakuasa, semoga apa pun yang akan terjadi bisa mendatangkan kebaikan bagi umat manusia.


KEBERANGKATAN SAYIDINA SIS MENCARI BUAH-BUAHAN SURGA

Sayidina Habil memerintahkan empat orang adiknya, yaitu Sayidina Israil, Sayidina Israwan, Sayidina Basradiwan, dan Sayidina Yasis untuk mengantarkan keberangkatan Sayidina Sis dalam mewujudkan idaman sang ibu. Di tengah perjalanan, Sayidina Sis dan keempat saudaranya itu diganggu oleh kaum setan pengikut Malaikat Ajajil yang dulu diusir dari Taman Surga karena menolak perintah Tuhan. Terjadilah pertempuran di mana para setan tersebut dapat diusir pergi.

Sesampainya di tepi hutan, Sayidina Sis berpisah dengan keempat saudaranya untuk melanjutkan perjalanan seorang diri. Sayidina Israil, Sayidina Israwan, Sayidina Basradiwan, dan Sayidina Yasis lalu kembali ke Kusniya Malebari dan mendoakan perjalanan Sayidina Sis supaya berhasil dan selalu mendapatkan perlindungan.


SAYIDINA SIS MENDAPATKAN ANUGERAH

Seorang diri Sayidina Sis memasuki hutan belantara untuk kemudian bertafakur meminta izin Tuhan Yang Mahakuasa supaya bisa mendapatkan buah-buahan Taman Surga. Setelah empat puluh hari bertafakur mengheningkan cipta, Malaikat Jibril pun datang menyampaikan perintah Tuhan, bahwa Sayidina Sis diizinkan naik ke Taman Surga untuk memetik buah-buahan yang menjadi idaman ibunya. Sayidina Sis sangat gembira, dan ia pun berangkat dengan pertolongan Malaikat Jibril.

Di dalam Taman Surga, Malaikat Jibril mengantarkan Sayidina Sis memetik buah-buahan yang diinginkan Siti Hawa. Setelah dirasa cukup, Malaikat Jibril kemudian menyampaikan keputusan Tuhan yang kedua, yaitu menikahkan Sayidina Sis dengan seorang bidadari bernama Dewi Mulat. Malaikat Jibril menyampaikan kehendak Tuhan bahwa kelak Sayidina Sis akan menurunkan manusia-manusia utama, dan sebagian di antaranya akan menjadi nabi dan raja. Maka itu, yang menjadi istri Sayidina Sis haruslah wanita utama pula.

Sayidina Sis sangat bersyukur. Ia kemudian membawa Dewi Mulat turun ke dunia dan membangun rumah tangga di Kusniya Malebari. Buah-buahan dari Taman Surga pun dipersembahkan kepada Siti Hawa yang menerimanya dengan suka cita.

Setelah tiba saatnya, Siti Hawa pun melahirkan sepasang putra-putri seperti biasa. Nabi Adam memberi nama putra putrinya itu, masing-masing Sayidina Kayumaras dan Siti Indunmaras.


SAYIDINA KABIL MEMBUNUH SAYIDINA HABIL

Pada suatu hari, Sayidina Kabil datang menemui Sayidina Habil di rumahnya untuk meminta supaya Siti Aklimah diceraikan dan diserahkan kepadanya. Sayidina Habil sebenarnya sangat menyayangi kakak sulungnya, namun ia juga tidak berani melanggar keputusan sang ayah. Merasa tersinggung, Sayidina Kabil menantang Sayidina Habil untuk mengadakan kurban. Barangsiapa yang diterima sesajinya maka dialah yang berhak memperistri Siti Aklimah. Sayidina Habil bersedia menuruti tantangan itu dengan harapan sang kakak bisa mendapatkan petunjuk Tuhan supaya sadar.

Maka, kedua bersaudara itu lantas mempersiapkan sesaji masing-masing. Karena Sayidina Kabil seorang petani, maka kurban yang ia sajikan pun berwujud hasil bumi, seperti buah-buahan dan palawija. Namun karena ia bersifat kikir, maka yang dipilih adalah buah-buahan dan palawija yang buruk, sedangkan yang baik disisihkan untuk dijual dan dipakai sendiri. Sementara itu Sayidina Habil seorang peternak, maka ia pun mengurbankan hewan-hewan peliharaannya. Karena ia bersifat murah hati dan penuh iman, maka yang dipilihnya sebagai sesaji adalah hewan-hewan yang terbaik pula.

Tuhan Yang Mahakuasa kemudian mengirim api dari langit untuk membakar sesaji yang dipersembahkan Sayidina Habil, sebagai pertanda bahwa kurbannya telah diterima. Sayidina Kabil sangat kesal dan bertambah iri. Karena kedengkian dan kecemburuannya sudah memuncak, ia pun mengambil sebongkah batu dan memukul kepala Sayidina Habil hingga pecah.

Melihat adiknya mati, Sayidina Kabil menjadi kebingungan bercampur sedih. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Tiba-tiba terlihat olehnya dua ekor burung gagak sedang berkelahi. Gagak yang menang kemudian mengubur bangkai gagak yang mati di dalam tanah. Merasa mendapatkan petunjuk, Sayidina Kabil pun menguburkan mayat Sayidina Habil seperti gagak itu.

Sayidina Kabil kemudian menemui Siti Aklimah untuk menikahinya. Siti Aklimah menolak karena takut melanggar perintah sang ayah. Sayidina Kabil tidak peduli, dan ia pun memukul Siti Aklimah sampai pingsan, kemudian membawanya lari meninggalkan Negeri Kusniya Malebari sejauh-jauhnya.


MALAIKAT AJAJIL MEMPEROLEH ANAK PEREMPUAN

Malaikat Ajajil dulu diusir dari Taman Surga karena menolak perintah Tuhan Yang Mahakuasa untuk bersujud memberikan penghormatan kepada Nabi Adam.  Kini ia mendengar kehendak Tuhan bahwa keturunan Sayidina Sis akan menjadi manusia-manusia utama. Maka, ia pun bertafakur memohon kepada Tuhan supaya diizinkan memiliki seorang putri. Ia berharap melalui putrinya itu bisa lahir keturunan Sayidina Sis yang bisa menjadi raja dan penguasa umat manusia.

Tuhan Yang Mahaadil pun mengabulkan permohonan Malaikat Ajajil. Atas kehendak-Nya, dari sebagian tubuh Malaikat Ajajil tercipta seorang perempuan yang berwajah sama persis dengan Dewi Mulat, yang kemudian diberi nama Dewi Dlajah. Malaikat Ajajil lalu membawa putrinya itu ke Negeri Kusniya Malebari supaya bisa mengandung benih Sayidina Sis.

Malaikat Ajajil memasuki rumah Sayidina Sis secara diam-diam dan menculik Dewi Mulat untuk ditukar dengan Dewi Dlajah. Beberapa hari kemudian, setelah mengetahui Dewi Dlajah telah disetubuhi Sayidina Sis yang tidak bisa membedakan istrinya, Malaikat Ajajil pun mengembalikan Dewi Mulat dan membawa pulang Dewi Dlajah.


LAHIRNYA SAYIDINA ANWAS DAN SAYIDINA ANWAR

Sembilan bulan kemudian, Dewi Dlajah melahirkan bersamaan dengan terbenamnya matahari. Namun anehnya, anak yang lahir itu berwujud segumpal darah yang berkilauan. Malaikat Ajajil mengambil darah tersebut lalu membawanya pergi ke Negeri Kusniya Malebari.

Sementara itu pada hari yang sama, Dewi Mulat lebih dulu melahirkan bersamaan dengan terbitnya matahari. Yang dilahirkannya adalah dua orang anak. Anak yang satu berwujud bayi normal, sedangkan yang satunya berwujud seberkas cahaya.

Malaikat Ajajil datang secara gaib lalu menangkap seberkas cahaya tersebut dan disatukannya dengan darah berkilauan yang ia bawa dari Dewi Dlajah. Atas kehendak Tuhan, persatuan tersebut menciptakan seorang bayi laki-laki, namun tubuhnya tidak bisa diraba dan selalu memancarkan cahaya seperti sinar rembulan.

Nabi Adam datang dan memberi nama kedua cucunya tersebut. Yang berwujud bayi normal diberi nama Sayidina Anwas, sedangkan yang berwujud bayi bercahaya diberi nama Sayidina Anwar. Nabi Adam meramalkan bahwa Sayidina Anwas kelak akan menurunkan para nabi, sedangkan Sayidina Anwar kelak tidak mau mengikuti agamanya dan memilih jalan hidup sendiri, namun keturunannya juga banyak yang menjadi raja dan tokoh besar di dunia. Hal ini membuat Sayidina Sis bimbang dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada takdir Tuhan.

------------------------------ TANCEB KAYON ------------------------------


Sumber: http://albumkisahwayang.blogspot.com/2014/04/anwas-anwar-lahir.html