Kisah Bill Gates Dan Fenomena Me-Model Komponen Inti Yang Salah
Pernah dengar nasehat, "Bill Gates itu orang terkaya di dunia, dan dia keluar dari kuliahnya.... Maka kuliah itu tidak menjamin kesuksesan!" disampaikan oleh seseorang?
Yap. itu adalah nasehat populer sejak satu dekade terakhir, disampaikan kepada para pebisnis awal atau member MLM yang baru masuk. Banyak pengikut nasehat tersebut keluar dari kuliahnya, memulai bisnis dari garasi rumah layaknya sang pendiri Microsoft.
Tapi, mengapa para pelakunya bahkan sulit bergerak mendekati prestasi Bill Gates itu?
Mari kita cermati melalui contoh seorang sales. Jika Anda melihat seorang sales sukses dengan tingkat closing tinggi, cek apa makan paginya. Ternyata dia suka makan nasi dengan telur. Cobalah makan pagi dengan menu sama, apakah penjualan Anda akan jadi sehebat sales itu? Kita sama-sama tahu jawabnya.
Ini disebut 'memodel komponen inti yang salah'. Memang benar sales itu makan pagi dengan nasi dan telur. Tapi apakah menu makan pagi merupakan 'komponen inti' penentu kualitas sellingnya? Ternyata tak benar-benar berhubungan. Buktinya, jika menu makan paginya diganti nasi dengan kornet, mungkin kualitas selling sang sales tetap saja sama bagusnya.
Saat disebut bahwa Bill Gates menjadi orang terkaya di dunia, dan dia keluar dari kuliahnya, apakah 'keluar dari kuliah' merupakan 'komponen inti' penyebabnya menjadi orang terkaya? ini yang menjadi pertanyaan. Penting bagi kita untuk membedah lebih dalam, "Apa yang benar-benar menyebabkan Bill Gates menjadi orang terkaya di dunia?" Mencari 'komponen inti' menjadi kunci dalam me-MODEL kesuksesan orang lain.
Untuk melakukannya, yuk berselancar ke kehidupan Bill Gates di masa lalu. Bill Gates adalah mahasiswa Harvard. Ya, Harvard! salah satu kampus terbaik dunia. Keluar dari Harvard tentu berbeda nilainya dengan keluar dari kampus di negeri kita. Bukan soal kampusnya, tapi Gates keluar dalam kualitas diri yang diakui oleh Harvard. Bagaimana dengan pelaku 'keluar kuliah' lainnya?
Berikutnya, sebelum memutuskan keluar, Bill Gates sudah bermain programming di komputer kantor sanak familinya selama lebih dari 10 tahun, setiap hari selama kurang lebih 8 jam. Berarti, saat keluar, secara kompetensi diri di dunia per-komputeran dan programming, Gates sudah punya jam terbang sangat tinggi sehingga lebih siap menghadapi tantangan bisnis. Apakah sama dengan orang keluar dari kampusnya dengan semangat mau full bisnis tapi minim jam terbang?
Apa lagi? banyak yang merasa bahwa keluar dari kuliah dan memutuskan full berbisnis adalah aksi heroik penuh resiko. Benarkah Bill Gates menantang resiko? kenyataannya saat memulai bisnis, Bill Gates tetap di-support dana oleh orang tuanya yang notabene kaya. Ya, Bill Gates itu keluarga kaya.
Masih ingat bahwa dia 10 tahun bermain komputer di kantor familinya? pada masa itu komputer sangat mahal sehingga hanya beberapa kantor yang punya, itupun satu kantor satu. Tak hanya orang tuanya, keluarga besar Bill Gates memang konglomerat. Sangat wajar bisnis Bill Gates bisa bertahan di awal-awal proses membangunnya. Lalu lingkungan konglomerat tentu memberi Gates wawasan mengenai bisnis lebih luas serta menghadirkan jaringan orang-orang se-level mereka.
Saya tidak sedang men-demotivasi rekan-rekan yang ingin berjuang berbisnis. Namun jika ingin mengambil MODEL sukses orang lain, cek secara keseluruhan. Jika MODEL itu sulit ditiru (misal Bill Gates kaya sedangkan Anda tidak), maka carilah 'komponen inti' yang lebih pas (misal bukan soal keluar kuliahnya, tapi bisa me-MODEL persistensinya), atau bahkan Anda bisa mencari Model lain selain Bill Gates untuk dipelajari.
Me-MODEL orang lain namun salah mengidentifikasi 'komponen inti'nya, malah menambah besar resiko dan mempersulit proses bertumbuh. Pernah mengalami?
Dan sebaliknya, jika kita bisa menemukan 'komponen inti' yang pas, maka trial-error akan berkurang drastis dan proses belajar pun mengalami PERCEPATAN.
Siap me-MODEL kehebatan orang lain dengan lebih tepat?
Ditulis oleh:
SURYA KRESNANDA - Learning Development Consultant - 0811 2244 111