Pengalamanku Mengatasi Terlambat Bicara
Terlambat bicara? ini terapinya. Aku mengamati, cukup banyak anak anak yang baru mulai berbicara di usia yang terlambat, di luar rentang tumbuh kembangnya. Hal inilah yang sempat membuatku ragu, maju mundur untuk berkonsultasi mengenai keterlambatan bicara anakku, Raul . Khawatir aku mengambil langkah yang terlalu berlebihan. Hey.. he was only 16-17 months old at that time! Banyak juga yang bilang “Ah biasa itu, ada anaknya si anu 4 taun baru bicara, anaknya si ani, bgini, bla blabla”Tapi aku tidak bisa membohongi diri bahwa aku cukup khawatir, alasannya bukan hanya karena melihat anak anak tetangga yang sudah bisa bicara barang 2-5 kata, tapi karena di teorinya, bayi sudah seharusnya mengeluarkan kata pertamanya sejak 7-9 bulan, walaupun itu sekedar mamama, papapa (babbling), atau kata sederhana yang biasanya suku katanya diulang. Anakku pada usia 6 bln hingga 1 tahun? He didn’t babble, at all!
Tanda-tanda perkembangan kemampuan bahasa anak di bawah ini mungkin bisa jadi gambaran. Aku mendapatkannya dari situs ini
6-12 bulan
- Memahami kata-kata yang sering diucapkan orang dewasa saat diucapkan dengan bahasa tubuh, seperti : “da daah”, “tolong ambilkan…”, dan namanya sendiri
- Mencoba untuk mengucapkan penggalan kata seperti , ”ba ba”, “na, na”
- Mencoba untuk ikut bernyanyi saat mendengar lagu di radio atau televisi
- Tertawa dan kadang bisa menirukan suara batuk
12 – 18 bulan
- Babbling– mengeluarkan suara seolah-oleh menyusun kalimat
- Memahami pertanyaan/ pernyataaan sederhana seperti, “Mana hidungmu?” atau “tolong ambilkan…”
- Mulai mengucapkan kata-kata (tapi belum jelas)
- Mengagguk saat mengatakan “ya” dan menggeleng saat mengatakan “tidak”
- Menikmati irama dan mulai suka “menari” bila mendengar musik
- Waspada apabila :
- Apakah anak Anda tidak bicara sama sekali? Tidak
- Apakah anak Anda bisa bergaul? Tidak
- Alarm waspada sayapun makin berdenging saat membaca kutipan ini
13-18 bulan
Sekarang anak Anda sudah bisa menggunakan satu kata atau lebih, dan dia tahu maknanya. Bahkan, ia bisa memainkan kata dan intonasi. Ia sudah menyadari pentingnya bahasa karena tahu bahwa kebutuhannya dapat terpenuhi dengan mengkomunikasikannya.Bagaimana anakku pada 15 bulan? Not even one single word! Vokal yang dikeluarkannya hanya ‘uh’. Hanya itu. Memang aku punya dua pilihan: (1) Yakin pada fenomena yang terjadi, bahwa anak lelaki memang sering terlambat bicara, bahkan ada yang baru lancar bicara di usia 4 tahun. Dengan demikian, lanjutkan saja memberi stimulasi; (2) Datang ke dokter tumbuh kembang untuk berkonsultasi, yang mungkin akan membuat Raul diterapi, padahal MUNGKIN tidak perlu perlu amat, atau BISA JADI perlu banget, karrna merupakan gejala dari masalah keterlambatan lainnya.
Saat itu Raul berusia 18 bulan. Aku memutuskan memilih yang kedua, untuk menghilangkan segala kerisauanku. Tidak mau berspekulasi.
Ternyata dokter tumbuh kembang sepakat, bahwa ada keterlambatan. Akhirnya Raul dijadwalkan untuk terapi dua kali seminggu.
Saat menunggui Raul aku juga ngobrol dengan ibu-ibu lainnya, membahas latar belakang mereka mengajak anaknya untuk diterapi. Bisa dibilang, kasus Raul sebenarnya paling ringan, karena Raul masih kecil, dan masih sedikit keterlambatan yang bisa dideteksi di usia Raul waktu itu. Di sana aku juga melihat anak yang hiperaktif, motorik sangat terbelakang walaupun sudah gede, dan lain lainnya.
Aku sering ngobrol dengan seorang ibu cantik (mari sebut dengan nama mba Wati – halah standar amat yak:D) yang membuatku bersyukur aku mendeteksi dini dan segera mengambil tindakan, –tidak mau gambling. Anaknya sempat diduga autis. Dia tampak sulit berkonsentrasi, dan fobia jika masuk lift. Terapinya pun bermacam-macam, bukan hanya seperti Raul yang terapi wicara. Anaknya menjalani rangkaian terapi, tiap pertemuan dua jam (dibandingkan dengan Raul yang hanya satu jam).
Saat pertama ke dokter tumbuh kembang, beliau sempat ‘dimarahi’ dokternya dan mempertanyakan kenapa baru dibawa sekarang. Seharusnya sejak awal ada indikasi aneh, langsung bawa ke dokter. Semakin dini, semakin baik. Semakin dini identifikasinya, semakin mudah penanganannya. Beliau pun sudah menjalani terapi ini cukup lama, 1 tahun lebih. Progress Alhamdulillah ada memang. Tapi dengerin cerita beliau aku jadi mikir “lama benerrr yaaa, masa musti ngejalanin terapi selama itu”. Beliau juga sepakat dan setuju aku membawa Raul sekarang, tidak usah menunggu lebih lama lagi.
AKTIVITAS TERAPI WICARA
Sebenarnya, tak ada yang istimewa dalam terapi wicara. Misalnya :- Meronce
- Main puzzle (mengenal binatang, buah, dll)
- Belajar mengenal profesi
- Mengenal gender laki laki dan perempuan
- Intinya, mengenal banyak hal adalah kunci ketrampilan berbahasa
- Massage rahang
- Menyikat lidah (atas-bawah), rongga mulut (pakai sikat gigi 3 step) waktu raul bayi, aku belum kenal sikat gigi 3 step, tapi menurutku bisa diganti dengan mengenal tekstur makanan
- Meniup (bisa dilakukan dengan peluit atau serpihan kertas)
- Menunjukkan bagaimana pelafalan vokal dan konsonan yang benar dan bagaimana bentuk mulut saat melafalkan itu: a (buka mulut lebar lebar), u (manyun semanyun-manyunnya), dst.
- Memancing menjulurkan lidah (dengan mengoles madu/eskrim di luar bibir)
- Mengenalkan konsep preposisi: di atas meja, di bawah meja, di samping. Dilakukan dengan games. Anak disuruh mengikuti instruksi. Kalo sukses tentu dipuji dan dia bangga banget. Kalo belum sukses ya…. Tetep disemangatin.
- Memancing untuk mengunyah, dengan memasukkan makanan ke bagian kanan-kiri mulut, supaya lidahnya terangsang untuk bergerak, memindahkan makanan ke tengah
Terkait dengan stimulasi lidah, ternyata baby led weaning adalah hal yang baik untuk menstimulasi wicara. FYI Raul dulu ngga BLW karena emaknya belum ngeh, dan Raul juga selalu menolak kalau diberi makanan padat.
Dari tindakan yang dilakukan, sebenarnya para ibu bisa mencegahnya sedini mungkin dengan mengikuti tindakan di ruang terapi, karena, sekali lagi, tidk ada yang istimewa dan tidak menggunakan alat khusus (kecuali sikat gigi 3 step). Tindakan yang dilakukan adalah :
- Saat membersihkan gigi dengan menggunakan kassa, sekalian tekan-tekan lidah dan dinding mulutnya.
- Pijat-pijat rahangnya, tekan-tekan pipinya.
- Jangan lupa BLW. Caranya? memberi makan dalam bentuk potongan-potongan kecil dan menyuruhnya makan sendiri di usia 7 bulan. Bisa berupa nugget, buah potong, dsb.
- Pastikan di rumah anak mendapat rangsangan yang cukup, dikenalkan dengan berbagai macam benda, warna, huruf, binatang. Ingat, tujuannya bukan agar anak “pintar” sedini mungkin, tapi memang kekayaan kosakata adalah hal yang penting dalam ketrampilan wicara. Mau ngomong apa kalo emang dia ga tau nama benda benda di sekitarnya. Kuncinya lakukan dengan cara yang fun yah.
- Kalau ada indikasi keterlambatan, jangan bilingual. Satu bahasa saja. Kalau berdasarkan pendapat pribadi saya, boleh-boleh saja anak mendapat ‘paparan’ terhadap bahasa lain, misal dalam bentuk lagu, suara tilawah (bahasa arab), yang penting adalah bahasa untuk komunikasi intensifnya satu bahasa dulu.
Ohya, sedikit berbagi walau OOT, dari proses ini aku jg dapet oleh oleh petuah dan ilmu baru dari bu dokter mengenai perkembangan otak anak bawah tiga tahun.
Menurut beliau, belahan otak yang pertama kali berkembang adalah otak kanan. Jadi, wajar jika bayi dan batita memang tidak logis, tidak memikirkan sebab akibat, tidak menganalisis, mereka hanya menyerap menyerap dan menyerap. Jadi… jangan panik duluan kalau anak makan dengan tangan kiri, corat coret dengan tangan kiri. Karena otak kanan berhubungan dengan organ motorik badan sebelah kiri, sebaliknya otak kiri manifestasinya adalah gerakan badan sebelah kanan. Boleh perkenalkan sopan santun tangan kanan, tapi lakukan perlahan, kalau dipaksakan malah bisa menghambat perkembangan otak kanannya.
Sekian, semoga bermanfaat :)